Sunday, April 06, 2008

Tugas ERP

KNOWLEDGE MANAGEMENT DAN HUBUNGANNYA DENGAN ERP SERTA CONTOH PENERAPANNYA PADA INDUSTRI ANIMASI


Nama: Helmi Maulia Ridhani
NPM: 1.413.005, Angkatan: XIV
Mata Kuliah: Enterprise and Resources Planning
Dosen: Dr. Harjanto Prabowo, Ir., MM


MAGISTER MANAGEMENT
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2008

PENDAHULUAN

Dunia animasi mulai merambah keseluruh dunia, sejak penampilan pertamanya yang dibuat oleh Disney. Dan kini pun memasuki dunia entertaiment dalam negeri kita. Film seperti Doraemon dan Dragonballs sudah tidak asing lagi kita dengar. Film animasi ini memiliki penggemarnya mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Namun begitu hal yang sebaliknya justru terjadi pada animasi buatan dalam negeri, seperti tidak banyak memperlihatkan kemampuannya. Hal utama yang mendasari hal tersebut adalah mahalnya memproduksi film animasi. Hal ini juga diperparah dengan sistem televisi yang masih menyamaratakan pola untuk produksi sinetron dan reality show dengan untuk produksi animasi. Ada beberapa yang lebih memilih memproduksinya sendiri animasi tersebut dan memasarkannya melalui VCD atau DVD.
Kualitas animasi dalam negeri tidak kalah dengan animasi luar negeri. Begitu pun untuk unsur cerita, banyak insan Indonesia yang memiliki kreativitas cerita yang tidak kalah dengan animasi luar, bisa jadi bahkan lebih baik. ERP dan Knowledge Management bisa dikembangkan untuk Industri Animasi ini dan sudah ada yang mengembangkannya, contohnya Toei Animation Co. Dan industri ini bisa dijadikan contoh untuk perkembangan Industri Animasi di Indonesia.
Dengan adanya ERP dan Knowledge Management diharapkan bahwa:
1. Industri Animasi di Indonesia dapat berkembang dengan baik dan memiliki kualitas yang tidak kalah dengan Industri Animasi luar negeri.
2. Menekan biaya produksi, sehingga kemungkinan untuk menampilkannya dalam televisi lokal akan semakin besar.
3. Kejelasan dalam penentuan rating usia yang diberikan oleh produsen animasi bersama stasiun televisi yang menayangkan animasi tersebut. Hal ini untuk memenuhi konsumsi untuk setiap konsumen berbeda.
4. Adanya pembelajaran untuk semua pihak, terutama konsumen dalam menyikapi tayangan animasi yang baik bagi semua pihak.
5. Meningkatkan lapangan kerja baru dengan adanya Industri Animasi di Indonesia








ISI
Knowledge Management

Knowledge Management (KM), bisa kita artikan dengan manajemen pengetahuan. Apakah itu manajemen pengetahuan? Manajemen ialah suatu cara untuk merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya untuk suatu tujuan. Sedangkan pengetahuan adalah data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten. Sumber pengetahuan bisa berupa banyak bentuk, misalnya: koran, majalah, email, e-artikel, mailing list, e-book, kartu nama, iklan, dan manusia. Jadi untuk pengertian manajemen pengetahuan adalah merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan data dan informasi yang telah digabung dengan berbagai bentuk pemikiran dan analisa dari macam-macam sumber yang kompeten. Menurut www.km-forum.org, KM adalah suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk meningkatkan performa seseorang atau organisasi, dengan cara mengatur dan menyediakan sumber ilmu yang ada saat ini dan yang akan datang. Jadi KM bukanlah suatu fenomena baru, tetapi merupakan suatu cara yang menerapkan integrasi antara teknologi dengan sumber pengetahuan yang kompeten. Mengatur suatu pengetahuan adalah suatu kebiasaan atau habit. Ketika suatu proses, keadaan dan aktivitas suatu bisnis para pelaku KM cenderung menggunakan suatu metode dalam menganalisanya. Dalam proses analisa terdapat sesuatu yang dinamakan siklus/aliran pengetahuan (knowledge flow).

Sumber yang lain mengatakan bahwa:
Knowledge Management (KM) adalah suatu aplikasi yang dirancang lengkap dengan kebutuhan atau solusi untuk manajemen pengetahuan. Dimana KM ini sebagai aplikasi yang dapat menyilangkan atau menyatukan sumber data, dan juga dapat mengumpulkan seluruh dokumen dari berbagai organisasi menjadi satu wadah. Knowledge Management terdiri dari jarak latihan yang biasa digunakan oleh organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, mewakili, dan mendistribusikan pengetahuan. Program Knowledge Management terikat khusus dengan tujuan organisasi seperti pelaksanaan peningkatan , inovasi keunggulan kompetitif, transfer pembelajaran (contohnya antara proyek) dan pengembangan utama latihan kolaborasi.

Bila hal ini ada dalam organisasi, maka:
Manajemen pengetahuan (Bahasa Inggris: knowledge management) adalah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam organisasi. Kegiatan ini biasanya terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi.

Sederhananya, knowledge management merupakan sebuah sistem database berbasis web yang berguna dalam mengelola seluruh pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan dan pegawainya. Mengelola disini tidak sebatas menyimpan, namun juga menciptakan budaya pembelajaran di lingkungan karyawan melalui proses pertukaran pengetahuan. Sehingga, akan memudahkan karyawan dalam melakukan pembelajaran secara mandiri dan memudahkan dalam memberikan solusi bagi masalah-masalah yang dihadapinya maupun yang dihadapi pelanggan.

Dengan begitu, maka proses peningkatan knowledge seluruh karyawan tidak memakan biaya besar dan waktu yang lama. Dan secara perlahan tapi pasti, budaya pembelajaran akan semakin tumbuh di lingkungan perusahaan. Alhasil, perusahaan pun bisa percaya diri berkompetisi untuk menjadi yang terbaik.

Contoh baru-baru ini yang paling menarik adalah IBM. Pada akhir tahun 2000, pertumbuhan perusahaan yang terkenal dengan bisnis personal computer (PC) dan semikonduktor itu terus merugi. Namun, pada akhir tahun 2005, IBM mencatatkan pendapatan perusahaan yang luar biasa. Earning per share IBM menjadi 4,87 dollar US pada tahun 2005.

Lalu, apa kuncinya sehingga IBM berhasil kembali menjadi perusahaan yang sangat menguntungkan? Ternyata, salah satu yang dilakukan IBM adalah dengan membangun motivasi karyawan dan menciptakan kompetensi karyawannya melalui penerapan knowledge management. IBM percaya bahwa dengan peningkatan motivasi dan kompetensi karyawan yang signifikan, maka perusahaan akan bisa menciptakan produk dan solusi bagi pelanggannya.

Di Indonesia, setidaknya ada beberapa perusahaan yang telah menerapkan knowlegde management. Di antaranya adalah PLN, UTE Pandu engineering selaku anak perusahaan United Tractor, dan Wijaya Karya. Alasan yang dikemukakan perusahaan-perusahaan tersebut hampir sama, yakni untuk menciptakan budaya pembelajaran dan mempermudah penciptaan solusi, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kapitalisasi perusahaan.

Dalam sistem knowledge management, setidaknya ada tiga proses yang harus dilakukan. Proses pertama adalah eksplorasi, yaitu melakukan pemetaan dalam organisasi mengenai knowledge yang dimiliki oleh setiap divisi, baik yang berhubungan dengan sumber daya manusia, produk, pasar, maupun pelanggan. Dengan begitu, maka akan mudah dilakukan proses pencarian dan pengumpulan seluruh pengetahuan yang dimiliki perusahaan maupun pengetahuan yang dikuasai oleh tiap pegawai.

Kedua, proses pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan cara memanfaatkan pengetahuan tersebut secara maksimal. Bisa dengan pertukaran antar individu maupun secara perorangan. Atau, bisa dilakukan melalui forum interaktif untuk berbagi pengetahuan secara online. Pada tahap ini, akan tercipta budaya pembelajaran yang semakin lama semakin kuat. Kenapa? Karena pada dasarnya setiap orang haus akan informasi dan pengetahuan. Akibatnya, perusahaan pun akan semakin kaya akan orang-orang yang kuat pengetahuannya.

Ketiga, proses mencari dan menciptakan pengetahuan baru. Tahap ini akan terjadi bila telah terjadi budaya pembelajaran yang kuat dalam perusahaan. Dan juga, kumpulan knowledge yang sebelumnya dimiliki perusahaan dalam sistem knowledge management tidak lagi mencukupi. Sehingga, tiap orang dalam perusahaan akan berusaha untuk mencari dan menemukan pengetahuan yang baru. Alhasil, kumpulan pengetahuan dalam sistem knowlegde management menjadi terus berkembang yang pada akhrinya akan menjadi sumber pengetahuan perusahaan yang lengkap dan update atau terus diperbaharui.
Pengetahuan, menurut Davenport merupakan perpaduan yang cair dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru. Ini berarti bahwa pengetahuan berbeda dari informasi, informasi jadi pengetahuan bila terjadi proses-proses seperti pembandingan, konsekwensi, penghubungan, dan perbincangan. Pengetahuan dapat dibagi ke dalam empat jenis yaitu a). pengetahuan tentang sesuatu; b) pengetahuan tentang mengerjakan sesuatu,; c). pengetahuan menjadi diri sendiri; dan d). pengetahuan tentang cara bekerja dengan orang lain. Sedang tingkatan pengetahuan dapat dibagi tiga yaitu : 1) mengetahui bagaimana melaksanakan; 2). Mengetahui bagaimana memperbaiki; dan 3). Mengetahui bagaimana mengintegrasikan.

Dengan pemahaman pengetahuan seperti itu, maka manajemen pengetahuan dapat didefinisikan sebagai berikut : “proses menterjemahkan pelajaran yang dipelajari, yang ada dalam diri/pikiran seseorang menjadi informasi yang dapat digunakan setiap orang”. Dalam konteks ini profesional SDM memandang manajemen pengetahuan sebagai menjamin penngetahuan yang diperoleh dikembangkan bersama dengan orang lain dalam organisasi. Dengan demikian, pengetahuan yang dimiliki organisasi secara penuh tersedia melalui penyediaan lingkungan yang tepat, budaya, struktur dan proses guna memotivasi dan mendorong sharing pengetahuan pada setiap tingkat dalam organisasi. Jadi tema utama dari manajemen pengetahuan adalah sebagai berikut :
o Pembelajaran
o Pengembangan/sharing
o Penempatan orang di tempat yang tepat dan waktu yang tepat
o Pembuatan keputusan yang efektif
o Kreativitas
o Membuat pekerjaan jadi lebih mudah
o Mendorong tumbuhnya bisnis baru dan nilai bisnis

Adapun tahapan perkembangan manajemen pengetahuan dalam organisasi adalah sebagai berikut :
o Knowledge-chaotic (tak sadar konsep, tak ada proses informasi, dan tak ada sharing informasi)
o Knowledge-aware (sadar akan kebutuhan manajemen pengetahuan, adabeberapa proses manajemen pengetahuan, ada teknologi, ada isu tentang sharing informasi)
o Knowledge-enabled (memanfaatkan manajemen pengetahuan, mengadopsi standar, isu-isu berkaitan dengan budaya dan teknologi)
o Knowledge-managed (kerangka kerja yang terintegrasi, merealisasikan manfaat, isu-isu pada tahap sebelumnya teratasi)
o Knowledge-centric (manajemen pengetahuan merupakan bagian dari misi, nilai pengetahuan diakui dalam kapitalisasi pasar, manajemen pengetahuan terintegrasi dalam budaya)

Bagi organisasi yang ingin menerapkan manajemen pengetahuan dalam organisasinya perlu menyadari pertama, bahwa pengetahuan ada pada orang dan bukan pada sistem, meskipun sistem punya data dan informasi yang dapat membantu proses pengetahuan. Kedua, penciptaan pengetahuan merupakan proses sosial, tercipta melalui interaksi antara individu-individu dalam kehidupan sehari-hari mereka.






ERP (Enterprise Resource Planning) System
ERP (Enterprise Resource Planning) System adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan. ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) dimana MRP II sendiri adalah hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice dan akunting perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia.
ERP sering disebut sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office System yang langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk e-Commerce, Costumer Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain.

Modul ERP
Secara modular, software ERP biasanya terbagi atas modul utama yakni Operasi serta modul pendukung yakni Finansial dan Akunting serta Sumber Daya Manusia:
1. Modul Operasi
General Logistics, Sales and Distribution, Materials Management, Logistics Execution, Quality Management, Plant Maintenance, Customer Service, Production Planning and Control, Project System, Environment Management.
2. Modul Financial & Akuntansi
General Accounting, Financial Accounting, Controlling, Investment Management, Treasury, Enterprise Controlling.
3. Modul Sumber Daya Manusia
Personnel Management, Personnel Time Management, Payroll, Training and Event Management, Organizational Management, Travel Management.

Manfaat Menggunakan ERP
Berikut ini adalah sebagian kecil manfaat dengan diaplikasikannya ERP bagi perusahaan:
1. Integrasi data keuangan
Untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik.
2. Standarisasi Proses Operasi
Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk.
3. Standarisasi Data dan Informasi
Menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yg berbeda-beda.

Tips memilih ERP
Berikut adalah beberapa tips bagaimana cara memilih ERP yang sesuai bagi perusahaan:
1. Knowledge & Experience
Knowledge adalah pengetahuan tentang bagaimana cara sebuah proses seharusnya dilakukan, jika segala sesuatunya berjalan lancar. Experience adalah pemahaman terhadap kenyataan tentang bagaimana sebuah proses seharusnya dikerjakan dengan kemungkinan munculnya permasalahan. Knowledge tanpa experience menyebabkan orang membuat perencanaan yang terlihat sempurna tetapi kemudian terbukti tidak bisa diimplementasikan. Experience tanpa knowledge bisa menyebabkan terulangnya atau terakumulasinya kesalahan dan kekeliruan karena tidak dibekali dengan pemahaman yg cukup.
2. Selection Methodology
Ada struktur proses seleksi yang sebaiknya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memilih ERP. Proses seleksi tidak harus selalu rumit agar efektif. Yang penting organized, focused dan simple. Proses seleksi ini biasanya berkisar antara 5-6 bulan sejak dimulai hingga penandatanganan order pembelian ERP. Berikut ini adalah akivitas yg sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari proses pemilihan software ERP: analisa strategi bisnis, analisa sumber daya manusia, analisa infrastruktur dan analisa software.
3. Analisa Business Strategy
- Bagaimana level kompetisi di pasar dan apa harapan dari customers?
- Adakah keuntungan kompetitif yang ingin dicapai?
- Apa strategi bisnis perusahaan dan objectives yang ingin dicapai?
- Bagaimana proses bisnis yang sekarang berjalan vs proses bisnis yang diinginkan?
- Adakah proses bisnis yang harus diperbaiki?
- Apa dan bagaimana prioritas bisnis yang ada dan adakah rencana kerja yang disusun untuk mencapai objektif dan prioritas tersebut?
- Target bisnis seperti apa yang harus dicapai dan kapan?
4. Analisa People
- Bagaimana komitment top management thd usaha untuk implementasi ERP?
- Siapa yg akan mengimplementasikan ERP dan siapa yg akan menggunakannya?
- Bagaimana komitmen dari tim implementasi?
- Apa yg diharapkan para calon user thd ERP?
- Adakah ERP champion yg menghubungkan top management dgn tim?
- Adakah konsultan dari luar yg disiapkan untuk membantu proses persiapan?
5. Analisa Infrastruktur
- Bagaimanakah kelengkapan infrastruktur yang sudah ada (overall networks, permanent office systems, communication system dan auxiliary system)?
- Seberapa besar budget untuk infrastruktur?
- Apa infrastruktur yang harus disiapkan?
6. Analisa Software
- Apakah software tsb cukup fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kondisi perusahaan?
- Apakah ada dukungan service dari supplier, tidak hanya secara teknis tapi juga untuk kebutuhan pengembangan sistem di kemudian hari?
- Seberapa banyak waktu untuk implementasi yg tersedia?
- Apakah software memiliki fungsi yang bisa meningkatkan proses bisnis perusahaan?

Implementasi ERP
Berikut ini adalah ringkasan poin-poin yg bisa digunakan sebagai pedoman pada saat implementasi ERP:
1. ERP adalah bagian dari infrastruktur perusahaan, dan sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Semua orang dan bagian yang akan terpengaruh oleh adanya ERP harus terlibat dan memberikan dukungan terhadap jalannya ERP.
2. ERP ada untuk mendukung fungsi bisnis dan meningkatkan produktivitas, bukan sebaliknya. Tujuan implementasi ERP adalah untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
3. Pelajari kesuksesan dan kegagalan implementasi ERP, jangan berusaha membuat sendiri praktek implementasi ERP. Ada metodologi tertentu untuk implementasi ERP yang lebih terjamin keberhasilannya.

Penyebab Gagalnya ERP
- Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran
- Pre-implementation tidak dilakukan dengan baik
- Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya
- Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru

Tanda-tanda kegagalan ERP
Kegagalan ERP biasanya ditandai oleh adanya hal-hal sebagai berikut:
- Kurangnya komitmen top management
- Kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan (analisa strategi bisnis)
- Cacatnya proses seleksi software (tidak lengkap atau terburu-buru memutuskan)
- Kurangnya sumber daya (manusia, infrastruktur dan modal)
- Kurangnya ‘buy in’ sehingga muncul resistensi untuk berubah dari para karyawan
- Kesalahan penghitungan waktu implementasi
- Tidak cocoknya software dgn business process
- Kurangnya training dan pembelajaran
- Cacatnya project design & management
- Kurangnya komunikasi
- Saran penghematan yang menyesatkan

Software ERP
Berikut adalah software ERP yang saat ini beredar, baik yang berlisensi bayar maupun open source:
- SAP
- JDE
- BAAN
- MFGPro
- Protean
- Compiere
- Adempiere

Hubungan Knowledge Management dengan ERP
Cooperative ERP Life Cycle KM
Strategic alliances between ERP software vendors, their implementation partners and clients, for knowledge sharing and integrated knowledge management across the ERP life-cycle, hold promise for leveraging scarce expertise and human resources, thereby streamlining implementation and promoting growth of the market. This industry-academe collaborative study aims to account for existing knowledge management facilities, approaches and technology; explore alternative responsibility and role sharing scenarios; define a broad system architecture; and propose strategies to promote the framework across ERP vendors, their clients and partners.

Knowledge management emphasizes those aspects of information management that require the corporate memory of an enterprise be captured within the framework of a knowledge culture and in such a way that knowledge builds upon an organised database infrastructure directed to enhance decision making and planning (Broadbent 1997; Quintas et al 1997). Important areas of knowledge in relation to the ERP lifecycle include: business processes, ERP customisation, organisation design, organisation culture, IT infrastructure and architecture, project management and project resources, and related key decisions and their rationale. An integrated ERP Life-cycle Knowledge Management Framework taking account of the unique regional context and spanning the key players, is expected to offer significant potential for improvement in ERP life-cycle support.
Jadi Knowledge Management memiliki peranan penting terutama untuk mempertinggi dalam membuat keputusan dan perencanaan serta dalam kerangka yang terintegrasi ERP Life-cycle Knowledge Management untuk memberikan potensi yang signifikan untuk pengembangan dalam mendukung ERP life-cycle.
Setiap informasi dari berbagai organisasi dipisahkan oleh tempat atau lokasi organisasi yang berjauhan dan terkumpul dengan berbagai bentuk atau tampilan. Yang kebanyakan dari dokumen tersebut tidak terstruktur informasinya seperti file, pesan-pesan, surat-menyurat, laporan, dll, dimana sebagian dari yang lainnya menggunakan sistem database, CRM dan paket ERP, serta penyimpanan data resmi. Knowledge Management dapat diubah menjadi aplikasi pengetahuan dengan cara memasukkan semua informasi dengan konteks dan memastikan bahwa informasi yang dibuat dikirim ke tujuan/pengguna lain dengan waktu yang tepat.

Animasi
Animasi, atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak bermunculan film animasi 3 dimensi daripada film animasi 2 dimensi.

Contoh Penerapan ERP, Knowlegde Management dalam Industri Animasi
Kendala yang paling umum dalam pembuatan film animasi adalah kendala biaya. Penjelasan tentang hal ini dapat kita lihat dari kutipan berikut:
Dari segi kualitas, hasil karya animator kita tak kalah dengan animasi luar. Mereka bahkan kerap mendapat job pembuatan karakter-karakter dari studio animasi besar dari Amerika, atau Jepang. Bayaran yang diterima cukup menggiurkan. Sayangnya, karena job-job itu bersifat parsial dan atas pesanan, sulit bagi mereka mengklaim royalty hak cipta. Jika proyek selesai, jual putus, maka terbanglah karakter karya anak negeri itu ke luar negeri. Setelah karakter-karakter itu diramu menjadi serial film animasi, pengelola televisi kita berebut memperoleh hak tayangnya. Ketika sudah tayang di sini, animator lokal yang turut ambil bagian dalam penciptaan karakter dalam serial itu, hanya bisa menatapnya dengan hati miris.

Sebenarnya, ada satu dua stasiun televisi yang sudah mencoba merekrut artis-artis animasi lokal untuk bergabung dalam tim produksi mereka. Namun, artis-artis tersebut tak pernah diberi job independen untuk membangun sebuah serial animasi. Alasan klasik selalu mengemuka ketika rencana pembuatan film animasi diutarakan para animator. Mahal!

Pengalaman ini pernah dirasakan Deswara Aulia Subarkah - biasa disapa Adez. Menurut dia, sejak dulu film-film animasi karya anak negeri tidak pernah muncul di pertelevisian nasional karena terbatasnya daya beli stasiun televisi. Stasiun televisi nasional yang ada sekarang sudah terbiasa dengan pola yang terbentuk mengacu pada produksi sinetron dan reality show. "Acara kayak gitu budget produksinya kira-kira 20 juta untuk sebuah reality show, sinetron sekitar 50-60 juta per episodenya. Sistemnya pun kejar tayang, seminggu satu episode bahkan ada yang lebih. Pola ini sudah bertahun-tahun dijalankan, sampai akhirnya menjadi semacam pattern bagi orang-orang teve," katanya.

Pola yang sama tidak bisa diterapkan pada produksi film animasi. Tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi. Untuk satu episode film animasi saja, seorang animator membutuhkan waktu satu bulan. Itupun kalau story board, naskah, dubbing, modeling, rigging, dan komponen lainnya sudah prepared. "Jadi, untuk membuat itu semua dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Satu bulan itu hanya untuk produksi per episodenya saja," jelas Adez. Jika ingin menerapkan sistem kejar tayang, seperti diberlakukan industri animasi di Jepang yang menghasilkan satu episode seminggu, dibutuhkan tenaga animator sebanyak 600 orang. Biayanya tentu berlipat-lipat lagi karena dengan pola satu episode sebulan saja dibutuhkan animator sebanyak 30-50 orang.

Lalu, kenapa film animasi Jepang harganya bisa murah? Karena produk mereka dijual ke semua negara. Jika ditilik lebih dalam lagi, ternyata yang dijual itu bukan film animasinya. Film animasi sering dijadikan sebagai bagian dari promosi sebuah produk, dimana umumnya 10% dana dipakai untuk berpromosi. "Budget inilah yang lazimnya dipakai oleh mereka untuk membuat sebuah program film animasi," kata Adez.
Jurus sukses perusahaan Jepang ini menjadi runutan. Sebuah perusahaan animasi di Jakarta, Red Rocket, menerapkan pola pencarian sponsor produk utama untuk membiayai pembuatan film animasi. Perusahaan ini menggandeng produsen susu merek Dancow. Tahun 2000 lalu film animasi mereka yang mengangkat cerita rakyat pernah ditayangkan di Indosiar. Dan, di tahun ini film animasi mereka kembali tayang di TV7.

Menurut Popy Palele, Eksecutive Producer Red Rocket, film animasi bikinannya sukses meraih rating di Indosiar, lebih tinggi ketimbang film animasi lain yang tayang pada jam sama di stasiun televisi lain. "Di awal penayangan sih memang belum kelihatan rating-nya. Setelah episode kelima dan seterusnya, rating-nya mulai kelihatan. Kalau tidak salah, mengalahkan film Doraemon yang jam tayangnya sama," kata Popy. Beberapa judul film animasi sudah dibuat Red Rocket, diantaranya Si Kurus Don Harimau Loreng, Keadilan Seorang Raja, Kancil Dan Kerbau, dan Palosoro Si Lembut Hati. Judul-judul itu diambil dari judul buku cerita yang sebelumnya dijadikan bonus pembelian produk susu Dancow.

Sukses Red Rocket itu tak terlepas dari dukungan Nestle. Popy jujur mengakui bahwa tanpa dukungan dana dari perusahaan multinasional itu, mustahil baginya membuat film animasi yang berbobot. Biaya yang dibutuhkan tidak dapat ditutupi oleh hasil penjualan ke stasiun televisi.

Senada dengan Adez, Popy bisa memahami alasan pengelola televisi kita membeli film animasi produk luar negeri. Gampangnya, dengan Rp. 5 juta-an stasiun televisi sudah bisa mendapatkan satu episode film animasi. Jika memproduksi sendiri, biaya yang dikeluarkan bakal lebih 10 kali lipat. "Sekali produksi untuk satu episode saja para animator bisa menghabiskan biaya sebesar Rp. 75 juta," kata Popy.

Dengan menggunakan ERP, industri animasi lokal kita bisa menekan biaya, sehingga bisa ditayangkan di stasiun televisi kita. Sistem ini sudah mulai berjalan pada industri media and entertainment Toei Animation, berikut kutipannya:

Case Study

From the early 1960s, Toei Animation Company Limited has produced and sold animated TV movies. Films such as “The Secrets of Akkochan,” “Candy Candy,” Dragonball” and “Sailormoon” have helped the company grow, with an exceptionally strong back catalogue. The company now holds more than 8,600 titles, the largest collection in Japan and possibly worldwide.

Managing the digital archive
As well as managing this large digital inventory, Toei Animation also wanted a system capable of handling copyrights payments. Toei Animation operates globally, with increasing sales in North America, and the system would also be required to cope with International Accounting Standards (IAS). Sales of other digital media, delivered on DVD and over the Internet, are expanding rapidly, and the company wanted to introduce an earnings management system for use with this increasingly diversified copyright business.

Mr Toshi Yoshitani, Department Manager, Information Systems, Toei Animation, explains: “Toei Animation wants to increase overseas sales to more than 50 per cent. The existing accounting system could not cope with globalization, such as foreign currency conversion and IAS, and our first steps were to address these issues.

“Next, we considered management of copyright fees. Calculating the allocation of the correct copyright fees to the owner is complicated: differences in percentages of fees are allotted depending on usage, and each fee due is different. Finally, there are also annual earnings and lifetime earnings for each of the digital assets. For companies selling physical items, finances are managed on the basis of merchandise and customers. In the case of digital contents, it becomes necessary to manage earnings based on a matrix. This matrix combines a time axis that crosses over accounting years, a regional axis by country, and a sales axis for each media type.”

Multicurrency, multilanguage support
“One requirement was to look at sales data for all products in real time, across multiple geographies – part of our ambition to expand the proportion of overseas sales. This would also require a multi-lingual, multi-currency ERP package conforming to international standards, and capable of foreign currency conversion,” comments Toshi Yoshitani.

Toei Animation considered various ERP packages from major vendors, and selected mySAP ERP from SAP®, based on implementation examples and demonstrations of the scalability of the solution. Toei Animation selected to run a single, central instance of the SAP solutions on IBM iSeries servers, taking advantage of very high reliability and low total costs of ownership

Ms Yoshiko Hirakawa, Information Systems Department, comments, “The original recommendation was to use PC servers; we had been operating AS/400 systems [the predecessors to iSeries servers] for close to 20 years which attested to its reliability. Since this is a mission-critical system, the number one fear is viruses. The iSeries server is equipped with high-level security functions, another very important business feature for Toei Animation.”

Mr Toshi Yoshitani continues with the decisive factors for introducing iSeries: “We compared the PC server and iSeries, and computed the TCO over five years. Toei Animation concluded that running SAP solutions on iSeries offered us the best value proposition for reliability, scalability and low TCO. We looked hard at the future, the skills at Toei Animation, and unseen costs of PC systems, and judged the iSeries as advantageous and selected it.”

Effectiveness of the introduction

The new iSeries and SAP solution makes it possible for Toei Animation to compare actual versus forecasted sales through real-time linkage of sales data and accounts.
Mr Toshi Yoshitani comments, “The iSeries is divided into three logical partitions (LPARs): development, production, and test environments. Each LPAR is operated simultaneously, with workload shared to offer maximum performance, and the high availability of the iSeries server has helped us raise our productivity.”

Ms Yoshiko Hirakawa says, “Compared with the previous system, accounts information is exceptionally easy to obtain, with full drill-down. Based on real-time input, on-demand management of revenue and expenditure can be realized by work, business, customer, and country. In addition, the calculations of copyright earnings allotted can also be automated, and real-time linkage to individual accounts is also possible.”

Furthermore, the new functions have improved staff awareness of what is possible, says Toshi Yoshitani. “With the advent of demands for real time data, we have noticed a change in culture towards a business with a sense of speed. As contracts for copyright fees were registered on the system, there was also the unexpected effect of strengthening compliance awareness of contracts.”

Integration for better decision making

Integrating the existing products information database with the copyright database is a pending issue, as Ms Yoshiko Hirakawa explains: “Presently, a product information server called ‘the multimedia database’ is operating, but the status of information related to copyright owners is incomplete. The possibility of integrating this information into a single database is being examined.”

The creation of a data warehouse with this information will then be used for earnings analysis and decision making support, through the addition of business intelligence components in SAP NetWeaver.

Dan tentu saja Knowledge Management dibutuhkan dalam hal ini, selain untuk memperkuat pelaksanaan ERP, lebih penting lagi adalah kejelasan dari produsen melalui stasiun televisi kepada konsumen film animasi dalam memilih film animasi yang baik dan disesuaikan dengan tingkat umur dan kedewasaan di Indonesia. Dengan begitu kemampuan memproduksi animasi di Indonesia diharapkan semakin berkembang.

PENUTUP
Memang Industri Animasi belum banyak dikembangkan di Indonesia. Kendala utama adalah masalah keuangan. Begitu pula dengan masalah Knowledge Management khususnya dari produsen kepada konsumen berkenaan dengan sistem rating yang masih belum jelas, merupakan hal perlu diperhatikan dengan baik, karena hal ini mengacu pada perkembangan generasi muda yang ada. Memang isi dari paper ini jauh dari sempurna, namun penulis berharap perkembangan animasi di Indonesia semakin meningkat. Dengan adanya ERP dan Knowledge Management diharapkan dapat mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dalam Industri Animasi di Indonesia.


REFERENSI :
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Knowledge_management
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Animasi
3.http://www.kmworld.com/Articles/Editorial/Feature/ERP-vendors-embrace-knowledge-management-9185.aspx
4.http://www.kmworld.com/Articles/Editorial/Feature/Knowledge-transfer-is-critical-to-ERP-success-9092.aspx
5. http://www.itps.fit.qut.edu.au/projects/erp_lifecycle.jsp
6.http://rsteve.sitompul.net/index.php?/archives/210-ERP-Solusi-Terpadu-Sistem-Informasi.html
7. http://www.ebizzasia.com/0109-2003/q&a,0109.htm
8.http://www.oursmartoffice.com/publicportal.cgi?.ucid=3708&diff=1101989102&.pmid=1&.mid=114
9. http://en.wikipedia.org/wiki/Enterprise_resource_planning
10. http://www.systems-thinking.org/kmgmt/kmgmt.htm
11.http://www.wirausaha.com/bisnis/manajemen/seberapa_pentingkah_knowledge_management_bagi_ukm.html
12.http://209.85.175.104/search?q=cache:cXEgPTdFn6IJ:www.klasiber.net/file.php/1/Brosur_TK_KM.pdf+knowledge+management&hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=id
13. http://veegraph.com/index.php?option=com_content&task=view&id=59&Itemid=1
14. http://veegraph.com/index.php?option=com_content&task=view&id=60&Itemid=33
15. http://www.ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2006/09/bse-kmiptek.pdf.
16. http://uharsputra.wordpress.com/artikel/manajemen-pengetahuan/
17.http://tpers.net/wp-content/uploads/2007/12/managemen-pengetahuan-dalam-organisasi-belajarposting.rtf
18. http://www.epistemics.co.uk/Notes/40-0-0.htm
19.http://209.85.175.104/search?q=cache:a-Bpj6O6nyUJ:www.lib.ui.edu/files/Arip_Muttaqien.pdf+knowledge+management&hl=id&ct=clnk&cd=6&gl=id
20. http://www.ebizzasia.com/0111-2003/q&a,0111.htm
21. http://www.stieperbanas.ac.id/pusatkajian/ebusiness/
22. http://www.sony-ak.com/articles/1/pengantar_km_haitan.php
23. http://yanuar.kutakutik.or.id/around-the-world/kisah-erp/
24. http://www.erpweaver.com/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Itemid=1
25. http://www.ebizzasia.com/0215-2004/q&a,0215.html
26.https://www-304.ibm.com/software/success/cssdb.nsf/CS/DNSD-6GTGVL?OpenDocument&Site=gicss67erp&cty=en_us
27. http://eddynurmanto.unpad.ac.id/?cat=13
28. http://erwin-sutomo.blogspot.com/2005/10/manajemen-pengetahuan.html
29. http://en.wikipedia.org/wiki/Animation
30. http://www.jetro.go.jp/en/market/report/pdf/2005_35_r.pdf

No comments: