Friday, May 09, 2008

Tugas Take Home Test E-Bisnis

Nama: Helmi Maulia Ridhani
NPM: 1.413.005
Mata Kuliah: Electronic Business (EB-1502)
Angkatan: XIV (Empat Belas)
Dosen Pembina: Didit Damurochman, ST.,MT

Jawaban Take Home Test
1. Mengenal E-business, E-commerce dan cara-cara membangun hal tersebut dan hal-hal yang berhubungan dengan E-business serta pejabarannya yang disertai beberapa contoh kegiatannya. Lalu membuat beberapa aplikasi yang membantu dalam mewujudkannya seperti:
- Google Analytics = memperlihatkan sampai sejauh mana situs yang dimiliki selalu dikunjungi, memberikan data frekuensi kunjungan situs atau alamat web dari perhari, perbulan, dan pertahun. Jika memiliki sebuah situs atau alamat web sendiri, dapat melihat data kunjungan ke situs atau alamat web tersebut. Hal ini akan sangat berpengaruh, jika ingin membuat suatu iklan, maka kita dapat menentukan situs mana yang akan dipajang iklan tersebut.
- Google AdWords = menyajikan bentuk pelayanan penyajian iklan di situs atau web. Hal ini penting jika kita ingin mengiklankan produk kita, kita dapat menggunakan Google AdWords sebagai sarana layanan iklan yang dapat diatur sendiri.
- Blogger.com = menyajikan suatu tempat untuk membuat blog sendiri. Dari permulaan ini dapat menuliskan tulisan-tulisan maupun pemikiran kita, yang nantinya bisa berkembang jadi suatu usaha atau bisnis atau apapun yang kita inginkan.
- Google Trends = untuk mengetahui berapa besar dan banyak kepopuleran suatu barang atau jasa. Hal ini dapat membantu trend apa yang sedang popular dewasa ini, yang nantinya dapat dilakukan perencanaan untuk membuat barang atau jasa yang memiliki trend yang tinggi.
- Aplikasi pembuatan penawaran dan penjualan = dengan membagi menjadi 2 kelompok, kita mencoba untuk membuat aplikasi penawaran dan penjualan, dengan saling menawar dan menjual suatu produk. Hal ini dapat membantu dalam membuat suatu penawaran atau pembelian barang di Internet.

2. Dengan adanya perkuliahan ini, maka banyak hal tentang pengetahuan E-bisnis yang dipelajari. Dari hal tersebut timbul hal-hal baru tentang E-bisnis serta muncul gagasan-gagasan baru tentang E-business. Dan jika hal ini diimplementasikan nantinya di dunia bisnis dalam organisasi, maka bukan tidak mungkin ada pemikiran baru lagi akan teknologi e-bisnis dalam dunia organisasi.

3. Kepercayaan sangat penting pada e-bisnis, karena:

- E-bisnis merupakan dunia maya, jika bisnis dilakukan dengan e-bisnis, maka produk yang diperjual belikan pun berbentuk maya, atau walaupun ada barang nyata, tetap barang tersebut hanya ditampilkan dalam bentuk gambar sebelum dikirim, maka kepercayaan sangat penting dalam hal ini, agar tidak seperti membeli kucing dalam karung.
- Banyaknya penipuan dan kejahatan dalam dunia maya, dalam e-bisnis. Sehingga jika tidak hati-hati, maka yang akan terjadi hanya akan merugikan saja
- Sekali bisnis kita tidak dipercaya, maka ada kemungkinan pihak yang tidak mempercayai kita akan menginformasikan ketidakpercayaan mereka kepada pihak lain, jika hal ini dilakukan di dunia maya, maka informasi itu bisa menyebar luas dan dilakukan tanpa batas ruang dan waktu. Tentu saja hal ini akan sangat merugikan e-bisnis kita.
Amazon dan Yahoo memberikan jaminan kepercayaan kepada merchant yang menggunakan fasilitasnya:
- Adanya term of agreement yang dipayungi oleh jaminan hukum
- Adanya data-data dari hasil usaha e-bisnis sebelumnya, sehingga diketahui kewajaran bisnis suatu pihak tertentu
- Proses penawaran dan penjualan dilakukan dengan peraturan yang menjamin kelancaran penawaran dan penjualan.

4. E-commerce lebih sempit jika dibandingkan e-bisnis, di mana e-commerce adalah sub perangkat dari e-bisnis. Di mana e-bisnis sangat luas, menunjuk kepada penggunaan teknologi untuk menjalankan bisnis yang memberikan hasil, memberikan dampak yang besar kepada bisnis secara keseluruhan. Sementara e-commerce mengacu kepada penggunaan internet untuk belanja online, seperti untuk belanja produk dan jasa. Contohnya terjadi ketika konsumen men-order tiket, buku atau hadiah, produk berwujud maupun tidak berwujud melalui internet. Sampel lainnya ketika sebuah organisasi atau individu membayarkan sejumlah uang via internet. Istilah e-bisnis meng-cover semua area bisnis. E-bisnis terjadi ketika perusahaan atau individu berkomunikasi dengan para klien atau nasabah melalui email. Pemasaran dilakukan melalui internet, menjual produk atau jasa melalui internet, menggunakan internet untuk riset pasar, menggunakan internet untuk meng-hire orang, menggunakan internet untuk promosi produk dan jasa, dan sebagainya.
(Sumber: http://www.blogger.com/feeds/8600833194942663960/posts/default)
Kehidupan zaman sekarang bisa disebut sebagai cyberlife, e-life. Tidak ada satu aspekpun yang lepas dari sentuhan teknologi, terutama untuk teknologi elektronika. Begitu pula dengan jasa telekomunikasi, dengan adanya konvergensi antara teknologi komunikasi, informatika, dan elektronika, maka telkomunikasi tidak lagi sebatas sebagai sarana penghubung untuk komunikasi yang terbatas jarak. Sehingga siapapun yang memiliki mobile commerce dan wireless commerce, maka informasi baru akan cepat tersampaikan tanpa adanya hambatan ruang dan waktu, hal ini adalah kunci dalam memenangkan persaingan. Halangan dalam implementasinya:
- Belum adanya cyberlaw, cyber policy, dan badan setingkat menteri di Indonesia untuk menfasilitasi pemanfaatan secara maksimal wahana 3C (computer, communication & content)
- Masih banyak perusahaan yang belum memanfaatkan ataupun mengimplementasikan e-bisnis dalam kegiatan bisnisnya.
- Sarana komunikasi terkadang hanya dipakai untuk berkomunikasi dan mengirim pesan, belum banyak yang memanfaatkan secara penuh kontent-kontent yang ada di dalam media komunikasi tersebut.

5. ERP merupakan tulang punggung e-bisnis karena ERP berfungsi dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi manajemen menjadi suatu sinergi, yang merupakan hal yang sangat penting dalam pengimplementasian e-bisnis. Contoh dalam suatu perusahaan, dengan adanya aplikasi ERP dalam perusahaan tersebut, yang memudahkan setiap pihak di dalam maupun di luar perusahaan tersebut mengakses informasi sesuai dengan otorisasinya, maka setiap pihak dapat mengerjakan tugas dan wewenangnya lebih cepat dan hampir tanpa batas ruang dan waktu. Dan hal ini merupakan hal yang sangat penting dalam pengimplementasian e-bisnis.

Tuesday, May 06, 2008

Komentar 10 Situs

1. Momusuindo! Project - Portal Morning Musume dan Hello! Project Indonesia
http://momusuindo.net/
Merupakan forum diskusi tempat para penggemar Morning Musume dan Hello! Project saling berbagi dan membicarakan semua hal mengenai Morning Musume dan Hello! Project. Segmentasinya untuk penggemar Morning Musume dan Hello! Project terutama di Indonesia. Setelah menjadi anggota, bisa membuat thread sendiri yang menarik, selain thread yang sudah ditetapkan. Kita juga bisa mengedit post yang kita buat sendiri . Forum ini memiliki tampilan thread yang rapi, dengan thread yang telah dikelompokkan sesuai dengan bahasan masing-masing.

2. Pena Kecil Helvy Tiana Rosa
http://helvytr.multiply.com/
Merupakan blog yang menampilkan Helvy Tiana Rosa, penulis cerita fiksi remaja Islami. Segmentasinya untuk segala umur dan kalangan. Di blog ini ditampilkan komentarnya tentang beberapa situasi dalam kehidupan sehari-hari, banyak dari kehidupan keluarganya sendiri, dengan bahasa yang menarik dan mencerahkan. Segmentasinya untuk segala usia dan kalangan. Disini kita dapat memberi komentar dan melihat foto-foto kegiatan beliau serta keluaga. Blog ini menampilkan suasana yang menyejukkan serta tulisan-tulisan didalamnya yang terkadang membuat kita menyadari arti hidup ini.

3. SEPIA - A New Model of Human Intelligence
http://sepia.blogsome.com/
Merupakan blog yang menampilkan SEPIA - A New Model of Human Intelligence, yang menampilkan suatu model tentang kebahagiaan dan kesuksesan. Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang menarik tentang kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari. Segmentasinya dari kalangan mahasiswa dan siapapun yang tertarik dengan tulisan seperti ini, terutama dari Indonesia. Kita bisa memberikan komentar terhadap tulisan-tulisan dalam blog ini.

4. Wikipedia The Free Encyclopedia
http://en.wikipedia.org/wiki/Main_Page
Merupakan situs encyclopedia yang memiliki pembendaharaan pengetahuan yang cukup lengkap dan luas. Dengan segmentasi untuk semua kalangan dan umur dengan beberapa pembatasan umur untuk beberapa topik bahasannya. Di situs ini ada mode pencarian yang memudahkan para penggunanya untuk mencari topik yang sedang dicari. Kita bisa menambahkan bahasan bila perlu.

5. Cinema21, Largest Indonesian Cinema Network
http://www.21cineplex.com/
Situs yang memberikan informasi tentang film-film yang sedang diputar di bioskop-bioskop 21 di Indonesia. Segmentasinya untuk segala umur dan kalangan tergantung jenis film, terutama para penonton bioskop yang ingin tahu film-film yang sedang beredar di bioskop-bioskop Indonesia. Situs ini memudahkan seseorang dalam mencari referensi film yang beredar di Indonesia.

6. Browsergame Travian
http://www.travian.com/index.php

7. Dinoparc.com
http://en.dinoparc.com/?f=1

8. Detik.com
http://www.detik.com/

9. Orisinil.com (Yusuf Arief Rahmanto)
http://www.orisinil.com/

Monday, April 07, 2008

Rangkuman buku E-commerce (Bab III)

The Internet  and World Wide Web: E-commerce Infrastructure

The Origins of Internet.

The Internet has involved from a collection of mainframe computers located on a few U>S> college campuses to an nterconnected network of thousands of networks and millions of computers worlwide.
The history of the Internet can be divided into three phases:
• During the Innovation Phase (1961-1974), the Internet’s purpose was to link researchers nationwide via computer.
• During the Institutional Phase (1975-1995), the Departement of Defense and National Science Foundation provided funding to expand the fundamental building blocks of the Internet into a complex millitary communications system and then into a civilian system.
• During the Commercialization Phase (1995 to the present), government agencies encouraged corporations to assume responsibility for further expansion of the network, and private business began to exploit the Internet for cormercial purpose.

The Key Technology Concepts Behind the Internet
The Internet’s three key technology components are:
• Packet switching, which slices digital message into packets, routes the packets along different communication paths as they become available, and then reassembles the packets once they arrive at their destination.
• TCP/IP. TCP establishes the connections among sending and receiving Web computers and handles the assembly of packets at the point of transmission, as well as their reassembly at the receiving end. IP provides the addresing scheme, enabling messages to arrive at the proper destination computer.
• Client/server technology, which makes it possible for large amounts of information to be stored on Web servers and shared with individual users on their client computers.

The Role of Internet Protocols and Utility Programs.
Internet protocols and utility programs make the following Internet services possible:
• HTTP delivers requested Web pages, allowing users to view them.
• STMP and POP enable e-mail to be routed to a mail server and then pick up by the recipient’s server, while IMAP enables e-mail to be sorted before being downloaded by the recipient.
• FTP is used to transfer files from servers to client and vice versa.
• SSL ensures that information tranmissions are encrypted.
• Telnet is utility program that enables work to be done remotely.
• Finger is utility program that allows you to find out who is logged onto a remote network.
• Ping is utility program that allows users to verify a connection between client and server.
• Tracert lets you track the route a message takes from a client to a remote computer.

The Structure of The Internet Today.
The main structural elements of the Internet are:
• The bacbone, which is composed primarily of high-bandwidth fiber-optic cable operated by the variety of providers.
• NAPs and MAEs, which are hubs that use high-speed switching computers to connect the backbone with regional and local networks.
• Campus are networks, which are local are networks operating within a single organization that connect directly to regional networks.
• Internet Service Providers, which deal with the “last mile” of service to homes and offices. ISPs offer a variety of types of service, ranging from dial-up service to broadband DSL, cable modem, T1 and T3 lines, and the satellite link service.

The Limitations of Today’s Internet.
To envision what the Internet of tomorrow-Internet II-will look like, we must first look at the limitations of today’s Internet.
• Bandwidth limitations: Today’s Internet is slow and incapable of effectively sharing and displaying large files, such as video and voice files.
• Quality of services limitations: Data packets don’t all arrive in the correct order, at the same moment, causing latency; latency creates jerkiness in video files and voice messages.
• Network architecture limitations: Servers can’t keep up with demand. Future improvements to Internet infrastructure will improve the way servers process requests for information, thus improving overall speed.
• Language development limitations: The nature of HTML restrics the quality of “rich” information that can be shared online. Future languages will enable improved display and the viewing of video and graphics.

The potential Capabilities of Internet II.
Internet2 is consortium working together to develop and test new technologies for potential use on the Internet. Internet2 participants are working in a number of areas, including
• advanced network infrastucture;
• new networking capabilities;
• middleware; and
• advance applications that incorporate audio and video to create new services.
In addition to the Internet2 project, other groups are working to expand Internet bandwidth via improvements to fiber-optic technologies and through photonics technologies such as Dense Wavelenght Division Multiplexing, optical and fiber switches, optical switching components, optical integrated circuits, and optical networks. Wireless LAN and 3G telephone technologies will provide users of cellular phones and PDAs with increased access to the Internet and its various services. The increased bandwidth and expanded connections of the Internet II era will result in a number of benefits, including
• IP multicasting, which will enable more efficient delivery of data;
• latency solutions such as diffserve (differentiated quality of service), which assigns levels of priority to packets based on the type of data being transmitted;
• guaranteed service levels;
• lower error rates;
• declining costs; and
• access anywhere and anytime from mobile hand-held devices.

How the World Wide Web works.
The Web was developed during 1989-1991 by Dr.Tim Berners-Lee, who created a computer program that allowed formatted pages stored on the Internet to be linked using keywords (hyperlinks). In 1993, Marc Andreesen created the first graphical Web browser, which made it possible to view documents on the Web graphically and created the possibility of universal computing.
• Hypertext, which is a way of formatting pages with embedded link that connect documents to one another and that also link pages to other objects.
• HTTP (HyperText Transfer Protocol), which is the protocol used to transmit Web pages over the Internet.

Sunday, April 06, 2008

Tugas Supply Chain Management

Nama : Helmi Maulia Ridhani
NPM : 1.314.005

Supply Chain Management (SCM) Bisnis Air Mineral Kemasan:
1. Supply Chain Management (SCM):
Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, & Pengendalian aliran material yang melibatkan semua pihak dalam rantai-pasok dengan sasaran: Maximize value & lower waste.
Supply Chain Management (SCM) Bisnis Air Mineral Kemasan AQULAH:
• Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, & Pengendalian aliran material:
Sumber bahan baku:
Air pegunungan alami yang mengalir sendiri ke permukaan bumi, tidak disedot, tidak dipompa, dan bukan dari anak cabang mata air serta mengalir setelah melalui lapisan batuan dan pasir di dalam bumi sehingga tersaring secara alami sambil membawa berbagaimineral seimbang yang diperlukan oleh tubuh (PH sekitar 7)

Dilanjutkan melalui proses internal:
Semua proses produksi dilakukan di ruangan bertekanan positif. Untuk menjamin proses produksi yang higienis, sanitasi dilakukan secara teratur menggunakan Cleaning in Pipe (CIP) secara berkala. Campur tangan pekerja dalam proses produksi hanya sebatas kontrol saja. Para pekerja lebih banyak terlibat dalam proses labeling, packing dan visual control. Untuk menghasilkan mutu kemasan foodgrade yang amanbagi minuman, AQULAH tidak menggunakan sembarang plastik. AQULAH menggunakan Poly Ethylene Telephthalate (PET) untuk kemasan botol, Poly Propylene untuk kemasan gelas dan Poly Carbonate untuk kemasan galon. Uji laboratorium di lokasi pun dilakukan secara berkala untuk memastikan mutu air tetap terjaga.

Distribusi Barang Jadi:
Dalam hal pendistribusian, PT. Inilah AKU dapat menjual langsung ke pengecer atau konsumen akhir, namun dalam pelaksanaannya banyak melibatkan pedagang besar yang diperlukan karena lebih efisien dan memberikan nilai tambah dalam melaksanakan satu dari beberapa fungsi berikut:
 Penjualan dan Promosi (Selling and promotion).
 Pembelian dan Penyediaan Ragam Produk (Buying & assortment building).
 Memecah Ukuran Besar (Bulk-breaking).
 Pergudangan (Warehousing).
 Pengangkutan (Transportation).
 Pembiayaan (Financing).
 Menanggung Risiko (Risk bearing).
 Informasi Pasar (Marketing Information).
 Jasa Manajemen dan Konsultasi (Management services and advice).


• Melibatkan semua pihak dalam rantai-pasok
Adapun sistem saluran pemasaran PT. Inilah AKU termasuk ke dalam two-level channel, yaitu dari PT. Inilah AKU ke wholesaler/distributor di 50 kota yang kemudian disalurkan ke 5000 retailer/outlet di seluruh Indonesia. Sistem saluran ini disebut juga Foreward Logistict, yaitu memindahkan produk dari produsen kepada konsumen.
Dengan adanya beberapa karakteristik kemasan produk yang dimiliki oleh AQULAH, yaitu kemsan botol, gelas, dan galon, maka saluran distribusi AQULAH mencakupjuga Backward Logistict. Sistem saluran distribusi ini dapat dilihat pada gambar berikut:


Untuk kemasan botol dan gelas, sistem backward/reserve logistik diserahkan pada pihak ketiga untuk didaur ulang. Sedangkan untuk kemasan galon, sistem backward/reserve logistik dilakukan dari customer melalui distributor langsung ke pabrik untuk dilakukan proses sanitasi dan pengisian ulang.
Persamaan sistem satu arah dan dua arah adalah keduanya termasuk kedalam two-level channel, dimana produk dialirkan dari produsen ke konsumen dan sebaliknya dengan menggunakan distributor dan pengecer.
Perbedaanya terletak pada kemasan botol dan gelas, dimana aliran kemasan produk tidak kembali pada produsen tapi langsung diserahkan pada pihak ketiga, dan juga tidak melibatkan distributor dan pengecer yang ditunjuk oleh PT. Inilah AKU, sebagaimana terlihat dalam gambar berikut:

• Sasaran: Maximize value & lower waste
Kemasan dari bahan Poly Ethylene Telephthalate (PET), Poly Propylene,dan Poly Carbonate lebih unggul karena lebih kuat, transparan, lebih ramah lingkungan dan yang terpenting, tidak mencemari produk. Karenanya air AQULAH terjamin segar, tidak berbau atau berasa selama disimpan secara benar dan tersegel.
Sebelum diproses pun air AQULAH sudah bermutu. Jauh di dalam perut bumi, alam telah menyaringnya. Air yang mengalir tiada henti ke permukaan telah melalui saringan lapisan batuan dan pasir, menghasilkan mutu air prima yang bahkan layak minum sebelum diproses. Uji laboratorium di lokasi pun dilakukan secara berkala untuk memastikan mutu air tetap terjaga.
Mutu air AQULAH memenuhi semua persyaratan kesehatan paling ketat. Sertifikasi jaminan mutu telah diberikan oleh SNI (Standar Nasional Indonesia) maupun EPA (Environment Protection Agency) dan IBWA (International Bottled Water Assosiation) yang mengacu pada standar US-FDA.
Serangkaian penghargaan internasional yang telah diterima AQULAH merupakan bukti pengakuan dunia akan tingginya mutu AQULAH. Untuk industri Air Minum dalam Kemasan, AQULAH adalah yang pertama ISO 9002 di kawasan Asia. Kini semua pabrik AQULAH di Indonesia telah memperoleh sertifikat ISO 9002.
Penerapan cara produksi yang terkontrol mengantar AQULAH meraih sertifikasi “Good Manufacturing Practices (GMP)” dari National Sanitation Foundation (NSF) Amerika Serikat untuk pabrik di Bekasi, Pandaan, Bogor, Sukabumi, dan Subang.
Pabrik AQULAH di Bogor dan Sukabumi bahkan meraih “Excellence ini Manufacturing Award” dari International Bottled Water Association (IBWA) dengan meraih nilai kesesuaian 97 % dan 98 % dari kemungkinan 100 %.
AQULAH adalah air minum pertama di dunia yang diproduksi dalam kemasan gelas 240 ml, serta meraih penghargaan dari ASIA STAR AWARD 1986 untuk inovasi dispenser berbentuk guci keramik. Selama 2 tahun berturut-turut survei pembaca Readers Digest di Singapura menempatkan AQULAH sebagai SuperBrand 1999 dan 2000 untuk kategori “Water”. Mutu AQULAH dinilai sangat terpercaya dan bernilai tinggi.

2. 3 masalah utama SCM yang dapat ditemukan dalam Bisnis Air Mineral AQULAH:
1. Kenaikan harga bahan baku plastik akibat perang Irak dan ada kebijakan dari produsen bahan baku bijih plastik di AS dan Jerman menaikkan lagi harga Poly Ethylene Telephthalate (PET) sebesar 50 dollar AS per metrik ton mulai 1 April 2003
2. Persaingan dengan air minum isi ulang. Harga air minum isi ulang jauh lebih murah dibanding Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Jika harga AQULAH per galon mencapai Rp 8.000, harga air minum isi ulang yang tidak memerlukan kemasan hanya berkisar Rp 2.500-Rp 3.000 per galon. PT. Inilah AKU memperkirakan, saat ini sudah terdapat lebih dari 2.000 depot air minum isi ulang yang mengambil 10 % pangsa pasar AQULAH. Jumlah depot terbanyak di Jakarta dan Surabaya.
3. Kemasan AQULAH terbuat dari plastik mengandung gas barier yang rendah dan memiliki pori-pori yang lebih besar dari botol kaca. Apabila kemasan plastik tersebut langsung terkena sinar matahari maka pori-pori plastik tersebut akan membesar sehingga mudah terkontaminasi terutama dari benda-benda yang berbau tajam seperti durian, minyak tanah, atau mikroorganisme. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyimpangan kualitas terhadap produk tersebut.

3. Usulan berbagai alternatif perbaikan SCM yang dapat direkomendasikan dalam Bisnis Air Mineral Kemasan:
 Meningkatkan hubungan yang lebih erat kepada supplier dan konsumen. Khusus untuk supplier, agar bisa bernegosiasi harga bahan baku bijih plastik
 Mungkin bisa dijalin hubungan dengan pesaing terutama dengan air minum isi ulang. Dengan cara memberi tahu standar air yang baik, dengan adanya kerjasama membuat air minum isi ulang standar AQULAH yang sudah terbukti baik dan layak untuk diminum oleh konsumen.
 Mengadakan suatu riset dan penelitian untuk mencari bahan yang lebih baik dan lebih terjamin keamanannya dibandingkan produk sebelumnya.
 Tetap menjaga hubungan baik dengan konsumen dan supplier, serta tetap menjaga atau bahkan meningkatkan nilai kualitas Air Minum Dalam Kemasan AQULAH.

Tugas IBA

TUGAS
INDUSTRIAL BUSINESS AND ANALYSIS


Disusun Oleh :

HELMI MAULIA RIDHANI : (1.413.005)
HARRY SETIAWAN : (1.413.006)
DEDE HERMAWAN : (1.413.009)
NURHANA DHEA PARLINA : (1.413.015)
INCE MUHAMMAD FITRAH : (1.413.019)
IRAWAN : (1.413.0


MAGISTER MANAGEMENT
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2007




1.1 Pendahuluan
Salah satu strategi untuk menjadi perusahaan yang besar dan mampu bersaing adalah melalui ekspansi baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi eksternal. Ekspansi internal terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam perusahaan yang tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting sedangkan ekspansi eksternal dapat dilakukan dalam bentuk penggabungan usaha (business combination). Penggabungan usaha dalam akuntansi ada tiga bentuk yaitu: konsolidasi, merger, akuisisi.
Namun merger dan akuisisi juga mempunyai sisi gelap. Dia dianggap dapat membahayakan kegairahan ekonomi pasar, karena dapat mematikan kompetisi. Lebih-lebih jika dilandasi oleh hostile take over. Dalam proses merger dan akuisisi bukan hanya masalah aset yang menjadi persoalan, tetapi yang bersifat intangible juga perlu mendapat perhatian tersendiri.
Perbedaan budaya mesti dikelola dengan baik, agar tidak menjadi kontributor kegagalan merger dan akuisisi. Sebaliknya, budaya perusahaan dapat direkayasa sebagai sarana trust building, bagian yang paling rentan masalah dalam sebuah proses pasca merger dan akuisisi. ’Trust’ secara vertical maupun horisontal masih menjadi barang langka yang didamba oleh bank -bank nasional hasil merger.

1.2 Pembatasan Masalah
Dari pendahuluan diatas maka pada paper ini masalah yang akan dibahas dibatasi sebagai berikut :
• Penggabungan usaha hanya dalam bentuk merger dan akuisisi
• Faktor - faktor perusahaan melakukan merger dan akuisisi
• Dampak yang terjadi setelah terjadi akuisisi





2.1. Penggabungan Usaha
Penggabungan usaha adalah alternatif bagi perusahaan dalam rangka
melakukan ekspansi eksternal guna mempertahankan kelangsungan hidup dan bertujuan untuk pertumbuhan perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 22 (PSAK No. 22) mendefinisikan :
”Penggabungan badan usaha sebagai bentuk pernyataan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi, karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali ( kontrol ) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”.

Definisi penggabungan usaha menurut Beams dan Yusuf (2000) adalah :
“Penyatuan entitas-entitas usaha”.
Penggabungan usaha yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi atau penggembangan kekayaan perusahaan secara bertahap, dan sering kali memberikan manfaat bagi semua entitas yang bersatu dan pemiliknya.
Dari definisi-definisi tersebut oleh Gurendrawati (1999) disimpulkan secara
umum, bahwa Penggabungan usaha adalah satu set kondisi dua atau lebih perusahaan bekerja sama melalui kepemilikan bersama atas suatu badan usaha. Perusahaan yang memiliki mayoritas voting stock perusahaan lain akan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan proses pembuatan keputusan, serta menguasai aktiva dan kewajiban perusahaan lain.
Suparwoto (1990) dalam Payamta (2000) menggolongkan penggabungan usaha ditinjau dari segi hubungan antara perusahaan-perusahaan yang melakukannya menjadi tiga macam, yaitu:
1. Penggabungan badan usaha vertikal, yaitu penggabungan usaha yang terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang melakukan penggabungan usaha tersebut mempunyai kegiatan yang berbeda tetapi saling berhubungan, misalnya sebagai rekanan dan pelanggan.
2. Penggabungan badan usaha horizontal, yaitu penggabungan usaha yang terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang melakukan penggabungan usaha tersebut mempunyai kegiatan yang sama atau menghasilkan barang dan jasa yang sifatnya subtitusi.
3. Penggabungan badan usaha konglomerasi.
Jenis penggabungan usaha ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Penggabungan usaha vertikal dan Penggabungan usaha horizontal secara bersama-sama.
• Penggabungan badan usaha oleh perusahaan-perusahaan yang tidak mempunyai hubungan usaha.
Secara teori, penggabungan usaha dapat berupa merger, akuisisi dan konsolidasi, tetapi pada kali ini, penulis hanya membahas mengenai merger dan
akuisisi.

2.1.1. Pengertian Merger dan Akuisisi
Merger dan akuisisi merupakan alat ekspansi dan pertumbuhan bagi perusahaan. Beams dan Yusuf (2000) menyatakan bahwa merger terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil alih semua operasi dari entitas usaha lain dan entitas yang diambil alih tersebut dibubarkan. Jadi, setelah merger perusahaan yang diambil alih dibubarkan, sedangkan perusahaan yang mengambil alih tetap beroperasi secara hukum sebagai satu badan usaha dan melanjutkan kegiatan perusahaan yang diambil alih. Secara terperinci Baridwan (1992) dalam Hamid (1998) menyatakan bahwa merjer terjadi bila suatu perusahaan mengeluarkan saham untuk ditukarkan dengan seluruh saham biasa perusahaan lainnya. Pemegang saham perusahaan yang diambil alih ini menjadi pemegang saham perusahaan yang mengambil alih, dan perusahaan yang diambil alih tidak lagi merupakan perusahaan yang berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari perusahaan yang mengambil alih. Dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 22 dinyatakan, bahwa penggabungan usaha dapat mengakibatkan terjadinya legal merger. Legal merger merupakan merger dua badan usaha melalui salah satu cara sebagai berikut :
1. Aktiva dan kewajiban perusahaan dialihkan ke perusahaan yang melakukan pengalihan (perusahaan yang diambil alih ) tersebut dibubarkan, atau
2. Aktiva dan kewajiban dua atau lebih perusahaan dialihkan ke perusahaan baru dan kedua perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan.
Menurut Beams dan Yusuf (2000), dikatakan akuisisi jika suatu perusahaan memperoleh aktiva produktif dari entitas usaha lain dan mengintegrasikan aktiva-aktiva tersebut ke dalam miliknya. Menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 tentang penggabungan badan usaha, definisi akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahan yang diakuisisi, dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau dengan mengeluarkan saham.
Akuisisi adalah bentuk pengambil alihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi sehingga mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibanding dengan pihak yang diakuisisi.

2.1.2 Pengklasifikasian Merger dan Akuisisi
Berdasarkan hubungan usaha, serta ada atau tidaknya kesamaan sifat dari dua entitas usaha yang melakukan merger dan akuisisi, bentuk merger dan akuisisi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Horizontal Merger, adalah penggabungan dari dua unit usaha atau lebih yang memiliki produk sejenis baik barang atau jasa. Hal ini dilakukan untuk mengurangi persaingan industri, memperkuat pangsa pasar, dan memperoleh efisiensi biaya operasional.

b. Vertikal Merger, adalah penggabungan antara dua unit usaha atau lebih yangmempunyai keterkaitan supplier atau pelanggan. Ini dilakukan untuk lebih menjaga kontinuitas produksi dan operasi perusahaan.
c. Congeneric Merger, adalah merger antara dua unit usaha atau lebih dalam industri sejenis yang tidak memiliki keterkaitan supplier atau pelanggan.
d. Conglomerate Merger, merupakan merger antara dua unit usaha atau lebih dalam industri yang berbeda dan tidak ada keterkaitan satu sama lain, sehingga model ini merupakan diversifikasi usaha untuk mengurangi resiko.
Berdasarkan hubungan usaha serta ada atau tidaknya kesamaan sifat dari dua entitas usaha yang melakukan akuisisi. Menurut Reksohadiprojo dalam Wiharti (1999) akuisisi dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar yaitu :
1. Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang lain, tetapi masih dalam bisnis yang sama.
2. Akuisisi vertikal, yaitu akuisisi pemasok atau pelanggan badan usaha yang dibeli.
3. Akuisisi konglomerat, yaitu akuisisi badan usaha yang tidak ada hunungannya sama sekali dengan badan usaha pembeli.
Dalam perkembangannya, merger secara garis besar dibagi menjadi dua
kelompok yaitu: financial merger dan operating merger (Bringham, 1995).
Financial Merger adalah merger dimana perusahaan yang bersangkutan masih tetap beroperasi sehingga tidak ada keuntungan sinergik secara operasional, Sedangkan Operating Merger diarahkan pada penggabungan operasional kedua unit usaha dengan harapan memperoleh keuntungan sinergik.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan akuisisi sangat banyak. Umumnya ia dipengaruhi oleh motif ekonomis, strategis, politis, atau prestis. Motif ekonomi adalah perusahaan melakukan akuisisi untuk mendapatkan keuntungan ekonomis (jangka pendek maupun jangka panjang) dalam bentuk rendahnya biaya bahan baku (untuk menekan biaya per unit produk), mutu bahan baku terjamin (untuk mempertahankan kualitas produk), memperoleh berbagai sinergi (bagi perusahaan sejenis), dan lain-lain.
Motif strategi adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk mendapatkan posisi strategis (dalam pengertian luas). Misalnya untuk mendapatkan pasar strategis dilakukan dengan mengambil alih perusahaan yang mapan dalam pemasaran produk, mengambil alih perusahaan yang mempunyai lokasi strategis ( baik Strategis bahan baku maupun konsumen), dan sebagainya.
Motif politis adalah penggabungan usaha perusahaan dilakukan karena adanya muatan politis didalamnya, baik politis perusahaan maupun politis negara misalnya, akuisitor melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan target untuk mendapatkan legalitas, Sehingga perusahaan tersebut dapat dikendalikan sebagai satu kesatuan dengan badan usaha akuisitor.
Motif prestis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk perusahaan target semata-mata hanya berdasarkan prestis yang dapat menunjukkan kepada siapa saja bahwa perusahaan akuisitor memang ”bonafit” dan dapat ”dipercaya”. Tujuan akhirnya adalah dapat mengakses kebutuhan dana dari pihak luar, bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah:
1. Sinergi. Sinergi adalah kemampuan lebih yang diperoleh dari penggabungan dua atau lebih kekuatan. Secara matematis dapat digambarkan penggabungan angka, yaitu satu ditambah satu sama dengan dua (1+1=2). Sinergi bukan mengasilkan jumlah dua, tetapi diatas dua yaitu menghasilkan tiga, empat dan seterusnya ( 1+1=4). Istilah sinergi berasal dari kata synergy dalam disiplin ilmu fisika. Sinergi menggambarkan penggabungan dua faktor akan menghasilkan tenaga yang lebig besar dinbandingkan dengan jumlah tenaga yang dihasilkan sebelum bergabung. Bila itu diterapkan, Kartini Muliadi (1992) mengatakan dengan: ”it refer to the ability of a corporate combination to be more profitable than the individual profit of the firm that were combined”. Sinergi diperoleh dalam beberapa bentuk. Misalnya sinergi finansial, sinergi pemasaran, sinergi penjualan dan lain-lain.
2. Tambahan Modal Kerja. Modal kerja bagi suatu perusahaan digunakan untuk pembiayaan yang sifatnya jangka pendek. Tambahan modal kerja akan lebih mudah diperoleh dari transaksi akuisisi.
3. Perubahan Biaya Finansial. Finansial secara umum dalam suatu perusahaan merupakan ”darahnya” perusahaan. Finansial mempunyai kesempatan ertambah lebih banyak jika dilakukan akuisisi dengan perusahaan target.
4. Meningkatkan Penjualan. Transaksi merjer dan akuisisi dapat meningkatkan penjualan. Sedikitnya ada dua kemungkinan penjualan ini meningkat. Pertama, pengambil alihan perusahaan target yang memproduksi produk sejenis atau berlainan, dan kedua dengan cara mengambil alih perusahaan target yang bergerak dalam bidang pendistribusian produk.
5. Memungkinkan Perluasan Pinjaman. Suatu perusahaan biasanya mempunyai keterbatasan untuk memperoleh dana berupa pinjaman dari pihak ketiga. Melalui merjer dan akuisisi memperbesar kemungkinan untuk melakukan pinjaman melalui perusahaan target.
6. Memperoleh keunggulan manajemen Profesional. Manajemen Profesional adalah sumber daya manusia yang semua orang mengakui merupakan aset perusahaan (meskipun sampai sekarang masih kontroversi bagaimana cara mengukur ”aset” ini). Melakukan merjer dan akuisisi dengan perusahaan target yang mempunyai manajer yang profesional akan memperbesar kemungkinan peningkatan prestasi perusahaan secara keseluruhan setelah bergabung.
7. Mendapatkan Kompetisi yang lebih efektif. Memperoleh laba yang tinggi dari hasil pelemparan produk (meskipun produk baru). Menurut teoristis dan praktis tidak akan lama diperoleh. Secara alamiah perusahaan lain akan masuk menjual produk yang sama dan itu artinya persaingan menjadi kuat. Melakukan merjer dan akuisisi terhadap perusahaan target yang ikut bermain dalam pemasaran produk dapat memperoleh kedudukan yang kompetisi yang lebih efektif.
8. Meningkatkan Efisiensi (Skala Ekonomi). Berbagai keuntungan yang diperoleh dari segi ekonomis melalui transaksi merjer dan akuisisi. Murahnya bahan baku, proses produksi, pendistribusian dan lain-lain yang lebih efisien bila dibandingkan sebelum dilakukan penggabungan.
9. Mengurangi Kompetisi. Pesaing bagi suatu perusahaan adalah ”musuh”. Melakukan transaksi merjer dan akuisisi dengan perusahaan target (pesaing) adalah salah satu jalan yang lebih mudah. Tujuannya pangsa pasar dapat dikuasai dan dikendalikan.
10. Memperbaiki Posisi Pemegang Saham Berkenaan dengan Undang-undang Pemilikan Tanah. Khususnya di Amerika Serikat, melakukan akuisisi akan menguntungkan pemegang saham dan pemilikan tanah.
Diluar ketentuan yang telah digariskan dalam Undang-undang bergabung dalam arti anti trust law, pemegang saham dan pemilikan tanah terlindungi melalui akuisisi. Di Indonesia, UU yang mengatur tentang akuisisi belum ada. Transaksi merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan go public dapat memperoleh ”keuntungan dari kekosongan perpajakan”. Setidaknya ada dua keuntungan yang diperoleh. Pertama, akuisitor melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang terus menerus merugi. Pada saat dibuat laporan keuntungan konsolidasi akhir tahun akan menampakkan rugi, walaupun sebelumnya akuisitor berlaba. Akhirnya dengan cara ini dapat menghilangkan kesempatan negara memperoleh penerimaan pajak melalui PPh dari pembayaran deviden kepada pemegang saham. Kedua, transaksi akuisisi dapat mengakibatkan perubahan kesempatan penerimaan pajak dari PPh pada pajak capital gain.
11. Mengurangi Risiko Memasuki Industri Baru
Memasuki industri baru tentu saja mengambil resiko yang besar. Oleh karena industri ini kurang perpengalaman dalam menghadapi gejolak perekonomian maupun persaingan, maka tindakan terbaik akuisitor mengambil alih merger dan akuisisi perusahaan yang sudah lama berdiri dan berpengalaman serta tingkat resiko yang jauh lebih rendah.
12. Pemanfaatn Kapasitas Hutang.
Kapasitas hutang suatu perusahaan tentu terbatas. Perusahaan target dapat memenuhi keterbatasan itu. Dana pinjaman dari kreditor (pihak ketiga) yang akan lebih mudah dimanfaatkan untuk tujuan produktif.
13. Memecah-mecah Resiko.
Melakukan penggabungan usaha juga menggabungkan aset. Dengan pengabungan itu, resiko bisnis tersebar ke beberapa pemegang saham yang melakukan penggabungan.

2.3. Dampak yang terjadi setelah terjadi Merger dan Akuisisi
Strategi merger dan akuisisi yang terjadi di industri perbankan dapat memberikan dampak langsung pada perusahaan yang melakukan proses merger.
Secara mikroekonomi, penerapan strategi ini ternyata disamping dapat memberikan pengaruh yang positif; dapat juga memberikan rekaman hitam dalam bentuk kekecewaan, konflik dan bahkan kegagalan dari proses itu sendiri.
Pada tingkat makro ekonomi, sementara ini strategi merger dan akuisisi belum memberikan dampak positif yang besar.

2.3.1. Kasus Merger dan Akuisisi pada Industri Perbankan
Pada kasus industri perbankan, krisis perekonomian yang terjadi di wilayah ekonomi Asia Timur dan Asia Tenggara pada tahun 1997 telah membawa dampak terjadinya kemelut di industri perbankan di dalam negeri. Cukup banyak lembaga perbankan yang menghadapi permasalahan dan bahkan kemudian kolaps akibat krisis tersebut.


Upaya penyelamatan dari bank-bank yang masih bertahan kemudian tertolong dengan dijalankannya kebijakan “restrukturisasi finansial” dan strategi ”merger dan akuisisi”. Proses merger dan akuisisi di industri perbankan memang memiliki baik dampak yang positip maupun dampak yang negatif, tergantung dari perspektif kita memandangnya. Keberhasilan upaya merger dan akuisisi memerlukan keuletan dan jalan yang cukup berliku bagi berbagai pihak yang ingin sukses menerapkan kebijakan ini.

2.3.2. Pengaruh Mikro Ekonomi
Begitu dua atau lebih organisasi perbankan melakukan strategi merger maka akan terjadi perubahan tingkah laku dari perusahaan gabungan tersebut.
Dampak positif yang sering dilaporkan adalah :
(1) Memungkinkan pertukaran cadangan cash flow secara internal antar perusahaan yang melakukan merger, sehingga bank hasil merger dapat memanage risiko likuiditas dengan lebih fleksibel.
(2) Diperolehnya peningkatan modal perusahaan (biasanya CAR akan meningkat tetapi tidak terlalu cukup tinggi) dan adanya keunggulan dalam memanage biaya akibat bertambahnya skala usaha.Efisiensi perusahaan dapat dilakukan lebih lanjut, khususnya dalam efisiensi biaya provisi kredit.
(3) Dicapainya keunggulan market power dalam persaingan, yang kemudian dapat memperbesar margin bunga pinjaman.
Akan tetapi proses merger itu sendiri dapat juga memberikan pengaruh negatif yaitu sebagai berikut :
(1) Karena proses merger biasanya dilakukan atas dorongan untuk cepat terselesaikannya kemelut keuangan di salah satu bank peserta, maka harga penjualan sahamnya cenderung akan dinilai dibawah harga pasar yang wajar.
(2) Proses merger biasanya diikuti dengan peningkatan ketidakpastian pada pihak Direksi, manajer dan karyawan.
(3) Proses merger perbankan nasional di Indonesia biasanya diikuti dengan pengurangan jumlah pegawai dan staf kurang profesional di perusahaan perbankan hasil merger.
(4) Terjadinya benturan kepentingan, kondisi saling curiga dan bahkan konflik diantara para anggota komisaris dan direksi. Hal ini terjadi jika bank hasil merger tersebut dikuasai oleh lebih satu pemegang saham pengendali. Sebagian anggota komisaris dan direksi yang ada cenderung untuk berlomba mewakili kepentingan masing-masing pemilik dari bank hasil merger dengan menunjukkan prestasi kelompoknya masing-masing.
(5) Kegiatan merger dalam dua tahun pertama cenderung diikuti dengan strategi efisiensi; sehingga hal ini akan mengurangi semangat dan kreativitas dari sebagian pihak Direksi dan staf profesional. Jika hal ini berlanjut cukup lama maka biasanya akan diikuti dengan proses exodus para manager menengah yang profesional dan inovatif.
(6) Benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakkan; sehingga tentunya perusahaan hasil merger akan mengalami penurunan dalam jangka pendek.

2.3.3. Pengaruh Makro Ekonomi
Di beberapa negara berkembang lainnya di dunia, strategi merger biasa digunakan untuk memperkuat dan memperluas kepemilikan Pemerintah pada industri perbankan. Alasannya pelaksanaan strategi ini agar pemerintah dapat menjalankan program pembangunan dengan dukungan lembaga perbankan yang dikendalikan
Strategi ini ternyata tidak sepenuhnya berhasil, karena yang terjadi adalah mismanajemen dalam pengelolaan organisasi bank merger yang semakin besar, dengan laporan banyaknya kejadian kasus, penunjukan rekanan teman sendiri, inefisiensi penggunaan anggaran promosi dan anggaran pengembangan, serta diketemukannya berbagai kasus korupsi.
Kasus di salah satu bank hasil merger di tanah air, membuktikan sebagian dari dugaan ini. Kurangnya pengawasan dari pihak Dewan Komisaris, yang melimpahkan kewenangan yang lebih besar pada pihak Direksi untuk memutuskan kelayakan kredit usaha pada jumlah yang besar, telah membawa akibat meningkatnya angka NPL bank tersebut.
Dampak negatif terjadi karena tidak transparannya perusahaan merger milik pemerintah yang tidak diawasi sepenuhnya oleh publik.
Pada perspektif yang lain,strategi merger dan akuisisi dipandang sebagai alat untuk memperkuat struktur kapital perbankan secara makro di lokasi operasi peserta bank merger.
Tujuan ini dilaksanakan agar tercapai proses penguatan landasan keuangan perbankan nasional menuju konvergensi.
Dalam kaitan ini Bank Indonesia beberapa tahun terakhir telah merubah kebijakan publiknya untuk mengundang partisipasi asing dalam proses merger bank-bank nasional di Indonesia sehingga diharapkan akan tercapai arsitektur pengaturan kapitalisasi perbankan secara bentuk “kerucut piramida”. Kebijakan ini tentunya perlu dilakukan secara hati-hati, dan bahkan jika perlu dikaji ulang, mengingat bukti-bukti empiris yang belum mendukung sepenuhnya dugaan tersebut.
Internasionalisasi kepemilikan asing dalam arsitektur perbankan nasional memiliki potensi yang akan memberikan dampak negatip pada perekonomian nasional, mengingat beberapa potensi ancaman berikut ini :
(1) Kemungkinan timbulnya kesenjangan antara proses akumulasi dana pihak ketiga dan proses penyalurannya untuk kepentingan perekonomian lokal dan nasional.
(2) Kurangnya partisipasi bank asing dalam pendanaan kegiatan usaha berskala besar di tanah air, seperti pendanaan program pembangunan infrastuktur, mengingat perhitungan managemen resiko yang sangat ketat yang mereka jalankan.
(3) Pada saat kondisi politik di dalam negeri menghadapi skenario kemelut dan krisis, maka cadangan bank-bank asing di Indonesia akan terjadi.
(4) Bank asing akan memindahkan sementara waktu dana yang terhimpun di dalam negeri ke anak-anak perusahaan holding yang lokasinya terdekat, seperti di Singapura dan Hongkong.
(5) Tingkat multiplier penyerapan tenaga kerja di bank milik asing akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan angka-angka multiplier pada perusahaan perbankan milik swasta domestik dan perusahaan BUMN.

2.3.4. Kasus Kecap Bango (PT. Unilever, Tbk)
Untuk kecap Bango, Unilever mengakuisisinya dari PT Sakura Aneka Food, sebuah perusahaan keluarga yang didirikan pada 1928. Ketika diakuisisi, perusahaan itu tengah dipimpin oleh generasi ketiganya, Eppy Kartadinata, 57 tahun, dengan omzet sekitar Rp 1 milyar per bulan. Cukup prospektif. Apalagi kecap Bango juga berhasil lolos uji FDA (Food & Drug Agency), badan yang mengawasi obat dan makanan di AS, sehingga bisa mengekspor produknya hingga ke Singapura, Kanada, Australia, dan Eropa, selain tentunya ke AS. Selama ini volume ekspornya memang belum seberapa, baru 10% dari total produksi. Selain itu, perusahaan ini juga baru membangun pabrik baru seluas 8,5 hektare di Subang, Jawa Barat.
Guna mengambil alih kecap Bango, pihak Unilever melakukan pendekatan selama hampir satu tahun penuh kepada pemiliknya bukan pendekatan yang mudah. Cuma, kondisi kecap Bango memang tak terlalu menguntungkan akibat pasarnya mulai digerogoti oleh kecap - kecap yang diproduksi oleh perusahaan - perusahaan besar, yang memiliki teknologi lebih maju dan modal kuat. Sementara itu, bagi kecap Bango, promosi saja menjadi sesuatu yang mahal. Melorotnya pamor kecap Bango juga tak lepas dari konflik keluarga yang banyak mewarnai perjalanan bisnisnya. Maka, akhirnya tak tertahankan lagi, kecap Bango pun pindah ke Unilever.

Tugas ERP

KNOWLEDGE MANAGEMENT DAN HUBUNGANNYA DENGAN ERP SERTA CONTOH PENERAPANNYA PADA INDUSTRI ANIMASI


Nama: Helmi Maulia Ridhani
NPM: 1.413.005, Angkatan: XIV
Mata Kuliah: Enterprise and Resources Planning
Dosen: Dr. Harjanto Prabowo, Ir., MM


MAGISTER MANAGEMENT
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2008

PENDAHULUAN

Dunia animasi mulai merambah keseluruh dunia, sejak penampilan pertamanya yang dibuat oleh Disney. Dan kini pun memasuki dunia entertaiment dalam negeri kita. Film seperti Doraemon dan Dragonballs sudah tidak asing lagi kita dengar. Film animasi ini memiliki penggemarnya mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Namun begitu hal yang sebaliknya justru terjadi pada animasi buatan dalam negeri, seperti tidak banyak memperlihatkan kemampuannya. Hal utama yang mendasari hal tersebut adalah mahalnya memproduksi film animasi. Hal ini juga diperparah dengan sistem televisi yang masih menyamaratakan pola untuk produksi sinetron dan reality show dengan untuk produksi animasi. Ada beberapa yang lebih memilih memproduksinya sendiri animasi tersebut dan memasarkannya melalui VCD atau DVD.
Kualitas animasi dalam negeri tidak kalah dengan animasi luar negeri. Begitu pun untuk unsur cerita, banyak insan Indonesia yang memiliki kreativitas cerita yang tidak kalah dengan animasi luar, bisa jadi bahkan lebih baik. ERP dan Knowledge Management bisa dikembangkan untuk Industri Animasi ini dan sudah ada yang mengembangkannya, contohnya Toei Animation Co. Dan industri ini bisa dijadikan contoh untuk perkembangan Industri Animasi di Indonesia.
Dengan adanya ERP dan Knowledge Management diharapkan bahwa:
1. Industri Animasi di Indonesia dapat berkembang dengan baik dan memiliki kualitas yang tidak kalah dengan Industri Animasi luar negeri.
2. Menekan biaya produksi, sehingga kemungkinan untuk menampilkannya dalam televisi lokal akan semakin besar.
3. Kejelasan dalam penentuan rating usia yang diberikan oleh produsen animasi bersama stasiun televisi yang menayangkan animasi tersebut. Hal ini untuk memenuhi konsumsi untuk setiap konsumen berbeda.
4. Adanya pembelajaran untuk semua pihak, terutama konsumen dalam menyikapi tayangan animasi yang baik bagi semua pihak.
5. Meningkatkan lapangan kerja baru dengan adanya Industri Animasi di Indonesia








ISI
Knowledge Management

Knowledge Management (KM), bisa kita artikan dengan manajemen pengetahuan. Apakah itu manajemen pengetahuan? Manajemen ialah suatu cara untuk merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya untuk suatu tujuan. Sedangkan pengetahuan adalah data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten. Sumber pengetahuan bisa berupa banyak bentuk, misalnya: koran, majalah, email, e-artikel, mailing list, e-book, kartu nama, iklan, dan manusia. Jadi untuk pengertian manajemen pengetahuan adalah merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan data dan informasi yang telah digabung dengan berbagai bentuk pemikiran dan analisa dari macam-macam sumber yang kompeten. Menurut www.km-forum.org, KM adalah suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk meningkatkan performa seseorang atau organisasi, dengan cara mengatur dan menyediakan sumber ilmu yang ada saat ini dan yang akan datang. Jadi KM bukanlah suatu fenomena baru, tetapi merupakan suatu cara yang menerapkan integrasi antara teknologi dengan sumber pengetahuan yang kompeten. Mengatur suatu pengetahuan adalah suatu kebiasaan atau habit. Ketika suatu proses, keadaan dan aktivitas suatu bisnis para pelaku KM cenderung menggunakan suatu metode dalam menganalisanya. Dalam proses analisa terdapat sesuatu yang dinamakan siklus/aliran pengetahuan (knowledge flow).

Sumber yang lain mengatakan bahwa:
Knowledge Management (KM) adalah suatu aplikasi yang dirancang lengkap dengan kebutuhan atau solusi untuk manajemen pengetahuan. Dimana KM ini sebagai aplikasi yang dapat menyilangkan atau menyatukan sumber data, dan juga dapat mengumpulkan seluruh dokumen dari berbagai organisasi menjadi satu wadah. Knowledge Management terdiri dari jarak latihan yang biasa digunakan oleh organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, mewakili, dan mendistribusikan pengetahuan. Program Knowledge Management terikat khusus dengan tujuan organisasi seperti pelaksanaan peningkatan , inovasi keunggulan kompetitif, transfer pembelajaran (contohnya antara proyek) dan pengembangan utama latihan kolaborasi.

Bila hal ini ada dalam organisasi, maka:
Manajemen pengetahuan (Bahasa Inggris: knowledge management) adalah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam organisasi. Kegiatan ini biasanya terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi.

Sederhananya, knowledge management merupakan sebuah sistem database berbasis web yang berguna dalam mengelola seluruh pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan dan pegawainya. Mengelola disini tidak sebatas menyimpan, namun juga menciptakan budaya pembelajaran di lingkungan karyawan melalui proses pertukaran pengetahuan. Sehingga, akan memudahkan karyawan dalam melakukan pembelajaran secara mandiri dan memudahkan dalam memberikan solusi bagi masalah-masalah yang dihadapinya maupun yang dihadapi pelanggan.

Dengan begitu, maka proses peningkatan knowledge seluruh karyawan tidak memakan biaya besar dan waktu yang lama. Dan secara perlahan tapi pasti, budaya pembelajaran akan semakin tumbuh di lingkungan perusahaan. Alhasil, perusahaan pun bisa percaya diri berkompetisi untuk menjadi yang terbaik.

Contoh baru-baru ini yang paling menarik adalah IBM. Pada akhir tahun 2000, pertumbuhan perusahaan yang terkenal dengan bisnis personal computer (PC) dan semikonduktor itu terus merugi. Namun, pada akhir tahun 2005, IBM mencatatkan pendapatan perusahaan yang luar biasa. Earning per share IBM menjadi 4,87 dollar US pada tahun 2005.

Lalu, apa kuncinya sehingga IBM berhasil kembali menjadi perusahaan yang sangat menguntungkan? Ternyata, salah satu yang dilakukan IBM adalah dengan membangun motivasi karyawan dan menciptakan kompetensi karyawannya melalui penerapan knowledge management. IBM percaya bahwa dengan peningkatan motivasi dan kompetensi karyawan yang signifikan, maka perusahaan akan bisa menciptakan produk dan solusi bagi pelanggannya.

Di Indonesia, setidaknya ada beberapa perusahaan yang telah menerapkan knowlegde management. Di antaranya adalah PLN, UTE Pandu engineering selaku anak perusahaan United Tractor, dan Wijaya Karya. Alasan yang dikemukakan perusahaan-perusahaan tersebut hampir sama, yakni untuk menciptakan budaya pembelajaran dan mempermudah penciptaan solusi, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kapitalisasi perusahaan.

Dalam sistem knowledge management, setidaknya ada tiga proses yang harus dilakukan. Proses pertama adalah eksplorasi, yaitu melakukan pemetaan dalam organisasi mengenai knowledge yang dimiliki oleh setiap divisi, baik yang berhubungan dengan sumber daya manusia, produk, pasar, maupun pelanggan. Dengan begitu, maka akan mudah dilakukan proses pencarian dan pengumpulan seluruh pengetahuan yang dimiliki perusahaan maupun pengetahuan yang dikuasai oleh tiap pegawai.

Kedua, proses pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan cara memanfaatkan pengetahuan tersebut secara maksimal. Bisa dengan pertukaran antar individu maupun secara perorangan. Atau, bisa dilakukan melalui forum interaktif untuk berbagi pengetahuan secara online. Pada tahap ini, akan tercipta budaya pembelajaran yang semakin lama semakin kuat. Kenapa? Karena pada dasarnya setiap orang haus akan informasi dan pengetahuan. Akibatnya, perusahaan pun akan semakin kaya akan orang-orang yang kuat pengetahuannya.

Ketiga, proses mencari dan menciptakan pengetahuan baru. Tahap ini akan terjadi bila telah terjadi budaya pembelajaran yang kuat dalam perusahaan. Dan juga, kumpulan knowledge yang sebelumnya dimiliki perusahaan dalam sistem knowledge management tidak lagi mencukupi. Sehingga, tiap orang dalam perusahaan akan berusaha untuk mencari dan menemukan pengetahuan yang baru. Alhasil, kumpulan pengetahuan dalam sistem knowlegde management menjadi terus berkembang yang pada akhrinya akan menjadi sumber pengetahuan perusahaan yang lengkap dan update atau terus diperbaharui.
Pengetahuan, menurut Davenport merupakan perpaduan yang cair dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru. Ini berarti bahwa pengetahuan berbeda dari informasi, informasi jadi pengetahuan bila terjadi proses-proses seperti pembandingan, konsekwensi, penghubungan, dan perbincangan. Pengetahuan dapat dibagi ke dalam empat jenis yaitu a). pengetahuan tentang sesuatu; b) pengetahuan tentang mengerjakan sesuatu,; c). pengetahuan menjadi diri sendiri; dan d). pengetahuan tentang cara bekerja dengan orang lain. Sedang tingkatan pengetahuan dapat dibagi tiga yaitu : 1) mengetahui bagaimana melaksanakan; 2). Mengetahui bagaimana memperbaiki; dan 3). Mengetahui bagaimana mengintegrasikan.

Dengan pemahaman pengetahuan seperti itu, maka manajemen pengetahuan dapat didefinisikan sebagai berikut : “proses menterjemahkan pelajaran yang dipelajari, yang ada dalam diri/pikiran seseorang menjadi informasi yang dapat digunakan setiap orang”. Dalam konteks ini profesional SDM memandang manajemen pengetahuan sebagai menjamin penngetahuan yang diperoleh dikembangkan bersama dengan orang lain dalam organisasi. Dengan demikian, pengetahuan yang dimiliki organisasi secara penuh tersedia melalui penyediaan lingkungan yang tepat, budaya, struktur dan proses guna memotivasi dan mendorong sharing pengetahuan pada setiap tingkat dalam organisasi. Jadi tema utama dari manajemen pengetahuan adalah sebagai berikut :
o Pembelajaran
o Pengembangan/sharing
o Penempatan orang di tempat yang tepat dan waktu yang tepat
o Pembuatan keputusan yang efektif
o Kreativitas
o Membuat pekerjaan jadi lebih mudah
o Mendorong tumbuhnya bisnis baru dan nilai bisnis

Adapun tahapan perkembangan manajemen pengetahuan dalam organisasi adalah sebagai berikut :
o Knowledge-chaotic (tak sadar konsep, tak ada proses informasi, dan tak ada sharing informasi)
o Knowledge-aware (sadar akan kebutuhan manajemen pengetahuan, adabeberapa proses manajemen pengetahuan, ada teknologi, ada isu tentang sharing informasi)
o Knowledge-enabled (memanfaatkan manajemen pengetahuan, mengadopsi standar, isu-isu berkaitan dengan budaya dan teknologi)
o Knowledge-managed (kerangka kerja yang terintegrasi, merealisasikan manfaat, isu-isu pada tahap sebelumnya teratasi)
o Knowledge-centric (manajemen pengetahuan merupakan bagian dari misi, nilai pengetahuan diakui dalam kapitalisasi pasar, manajemen pengetahuan terintegrasi dalam budaya)

Bagi organisasi yang ingin menerapkan manajemen pengetahuan dalam organisasinya perlu menyadari pertama, bahwa pengetahuan ada pada orang dan bukan pada sistem, meskipun sistem punya data dan informasi yang dapat membantu proses pengetahuan. Kedua, penciptaan pengetahuan merupakan proses sosial, tercipta melalui interaksi antara individu-individu dalam kehidupan sehari-hari mereka.






ERP (Enterprise Resource Planning) System
ERP (Enterprise Resource Planning) System adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan. ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) dimana MRP II sendiri adalah hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice dan akunting perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia.
ERP sering disebut sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office System yang langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk e-Commerce, Costumer Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain.

Modul ERP
Secara modular, software ERP biasanya terbagi atas modul utama yakni Operasi serta modul pendukung yakni Finansial dan Akunting serta Sumber Daya Manusia:
1. Modul Operasi
General Logistics, Sales and Distribution, Materials Management, Logistics Execution, Quality Management, Plant Maintenance, Customer Service, Production Planning and Control, Project System, Environment Management.
2. Modul Financial & Akuntansi
General Accounting, Financial Accounting, Controlling, Investment Management, Treasury, Enterprise Controlling.
3. Modul Sumber Daya Manusia
Personnel Management, Personnel Time Management, Payroll, Training and Event Management, Organizational Management, Travel Management.

Manfaat Menggunakan ERP
Berikut ini adalah sebagian kecil manfaat dengan diaplikasikannya ERP bagi perusahaan:
1. Integrasi data keuangan
Untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik.
2. Standarisasi Proses Operasi
Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk.
3. Standarisasi Data dan Informasi
Menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yg berbeda-beda.

Tips memilih ERP
Berikut adalah beberapa tips bagaimana cara memilih ERP yang sesuai bagi perusahaan:
1. Knowledge & Experience
Knowledge adalah pengetahuan tentang bagaimana cara sebuah proses seharusnya dilakukan, jika segala sesuatunya berjalan lancar. Experience adalah pemahaman terhadap kenyataan tentang bagaimana sebuah proses seharusnya dikerjakan dengan kemungkinan munculnya permasalahan. Knowledge tanpa experience menyebabkan orang membuat perencanaan yang terlihat sempurna tetapi kemudian terbukti tidak bisa diimplementasikan. Experience tanpa knowledge bisa menyebabkan terulangnya atau terakumulasinya kesalahan dan kekeliruan karena tidak dibekali dengan pemahaman yg cukup.
2. Selection Methodology
Ada struktur proses seleksi yang sebaiknya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memilih ERP. Proses seleksi tidak harus selalu rumit agar efektif. Yang penting organized, focused dan simple. Proses seleksi ini biasanya berkisar antara 5-6 bulan sejak dimulai hingga penandatanganan order pembelian ERP. Berikut ini adalah akivitas yg sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari proses pemilihan software ERP: analisa strategi bisnis, analisa sumber daya manusia, analisa infrastruktur dan analisa software.
3. Analisa Business Strategy
- Bagaimana level kompetisi di pasar dan apa harapan dari customers?
- Adakah keuntungan kompetitif yang ingin dicapai?
- Apa strategi bisnis perusahaan dan objectives yang ingin dicapai?
- Bagaimana proses bisnis yang sekarang berjalan vs proses bisnis yang diinginkan?
- Adakah proses bisnis yang harus diperbaiki?
- Apa dan bagaimana prioritas bisnis yang ada dan adakah rencana kerja yang disusun untuk mencapai objektif dan prioritas tersebut?
- Target bisnis seperti apa yang harus dicapai dan kapan?
4. Analisa People
- Bagaimana komitment top management thd usaha untuk implementasi ERP?
- Siapa yg akan mengimplementasikan ERP dan siapa yg akan menggunakannya?
- Bagaimana komitmen dari tim implementasi?
- Apa yg diharapkan para calon user thd ERP?
- Adakah ERP champion yg menghubungkan top management dgn tim?
- Adakah konsultan dari luar yg disiapkan untuk membantu proses persiapan?
5. Analisa Infrastruktur
- Bagaimanakah kelengkapan infrastruktur yang sudah ada (overall networks, permanent office systems, communication system dan auxiliary system)?
- Seberapa besar budget untuk infrastruktur?
- Apa infrastruktur yang harus disiapkan?
6. Analisa Software
- Apakah software tsb cukup fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kondisi perusahaan?
- Apakah ada dukungan service dari supplier, tidak hanya secara teknis tapi juga untuk kebutuhan pengembangan sistem di kemudian hari?
- Seberapa banyak waktu untuk implementasi yg tersedia?
- Apakah software memiliki fungsi yang bisa meningkatkan proses bisnis perusahaan?

Implementasi ERP
Berikut ini adalah ringkasan poin-poin yg bisa digunakan sebagai pedoman pada saat implementasi ERP:
1. ERP adalah bagian dari infrastruktur perusahaan, dan sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Semua orang dan bagian yang akan terpengaruh oleh adanya ERP harus terlibat dan memberikan dukungan terhadap jalannya ERP.
2. ERP ada untuk mendukung fungsi bisnis dan meningkatkan produktivitas, bukan sebaliknya. Tujuan implementasi ERP adalah untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
3. Pelajari kesuksesan dan kegagalan implementasi ERP, jangan berusaha membuat sendiri praktek implementasi ERP. Ada metodologi tertentu untuk implementasi ERP yang lebih terjamin keberhasilannya.

Penyebab Gagalnya ERP
- Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran
- Pre-implementation tidak dilakukan dengan baik
- Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya
- Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru

Tanda-tanda kegagalan ERP
Kegagalan ERP biasanya ditandai oleh adanya hal-hal sebagai berikut:
- Kurangnya komitmen top management
- Kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan (analisa strategi bisnis)
- Cacatnya proses seleksi software (tidak lengkap atau terburu-buru memutuskan)
- Kurangnya sumber daya (manusia, infrastruktur dan modal)
- Kurangnya ‘buy in’ sehingga muncul resistensi untuk berubah dari para karyawan
- Kesalahan penghitungan waktu implementasi
- Tidak cocoknya software dgn business process
- Kurangnya training dan pembelajaran
- Cacatnya project design & management
- Kurangnya komunikasi
- Saran penghematan yang menyesatkan

Software ERP
Berikut adalah software ERP yang saat ini beredar, baik yang berlisensi bayar maupun open source:
- SAP
- JDE
- BAAN
- MFGPro
- Protean
- Compiere
- Adempiere

Hubungan Knowledge Management dengan ERP
Cooperative ERP Life Cycle KM
Strategic alliances between ERP software vendors, their implementation partners and clients, for knowledge sharing and integrated knowledge management across the ERP life-cycle, hold promise for leveraging scarce expertise and human resources, thereby streamlining implementation and promoting growth of the market. This industry-academe collaborative study aims to account for existing knowledge management facilities, approaches and technology; explore alternative responsibility and role sharing scenarios; define a broad system architecture; and propose strategies to promote the framework across ERP vendors, their clients and partners.

Knowledge management emphasizes those aspects of information management that require the corporate memory of an enterprise be captured within the framework of a knowledge culture and in such a way that knowledge builds upon an organised database infrastructure directed to enhance decision making and planning (Broadbent 1997; Quintas et al 1997). Important areas of knowledge in relation to the ERP lifecycle include: business processes, ERP customisation, organisation design, organisation culture, IT infrastructure and architecture, project management and project resources, and related key decisions and their rationale. An integrated ERP Life-cycle Knowledge Management Framework taking account of the unique regional context and spanning the key players, is expected to offer significant potential for improvement in ERP life-cycle support.
Jadi Knowledge Management memiliki peranan penting terutama untuk mempertinggi dalam membuat keputusan dan perencanaan serta dalam kerangka yang terintegrasi ERP Life-cycle Knowledge Management untuk memberikan potensi yang signifikan untuk pengembangan dalam mendukung ERP life-cycle.
Setiap informasi dari berbagai organisasi dipisahkan oleh tempat atau lokasi organisasi yang berjauhan dan terkumpul dengan berbagai bentuk atau tampilan. Yang kebanyakan dari dokumen tersebut tidak terstruktur informasinya seperti file, pesan-pesan, surat-menyurat, laporan, dll, dimana sebagian dari yang lainnya menggunakan sistem database, CRM dan paket ERP, serta penyimpanan data resmi. Knowledge Management dapat diubah menjadi aplikasi pengetahuan dengan cara memasukkan semua informasi dengan konteks dan memastikan bahwa informasi yang dibuat dikirim ke tujuan/pengguna lain dengan waktu yang tepat.

Animasi
Animasi, atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak bermunculan film animasi 3 dimensi daripada film animasi 2 dimensi.

Contoh Penerapan ERP, Knowlegde Management dalam Industri Animasi
Kendala yang paling umum dalam pembuatan film animasi adalah kendala biaya. Penjelasan tentang hal ini dapat kita lihat dari kutipan berikut:
Dari segi kualitas, hasil karya animator kita tak kalah dengan animasi luar. Mereka bahkan kerap mendapat job pembuatan karakter-karakter dari studio animasi besar dari Amerika, atau Jepang. Bayaran yang diterima cukup menggiurkan. Sayangnya, karena job-job itu bersifat parsial dan atas pesanan, sulit bagi mereka mengklaim royalty hak cipta. Jika proyek selesai, jual putus, maka terbanglah karakter karya anak negeri itu ke luar negeri. Setelah karakter-karakter itu diramu menjadi serial film animasi, pengelola televisi kita berebut memperoleh hak tayangnya. Ketika sudah tayang di sini, animator lokal yang turut ambil bagian dalam penciptaan karakter dalam serial itu, hanya bisa menatapnya dengan hati miris.

Sebenarnya, ada satu dua stasiun televisi yang sudah mencoba merekrut artis-artis animasi lokal untuk bergabung dalam tim produksi mereka. Namun, artis-artis tersebut tak pernah diberi job independen untuk membangun sebuah serial animasi. Alasan klasik selalu mengemuka ketika rencana pembuatan film animasi diutarakan para animator. Mahal!

Pengalaman ini pernah dirasakan Deswara Aulia Subarkah - biasa disapa Adez. Menurut dia, sejak dulu film-film animasi karya anak negeri tidak pernah muncul di pertelevisian nasional karena terbatasnya daya beli stasiun televisi. Stasiun televisi nasional yang ada sekarang sudah terbiasa dengan pola yang terbentuk mengacu pada produksi sinetron dan reality show. "Acara kayak gitu budget produksinya kira-kira 20 juta untuk sebuah reality show, sinetron sekitar 50-60 juta per episodenya. Sistemnya pun kejar tayang, seminggu satu episode bahkan ada yang lebih. Pola ini sudah bertahun-tahun dijalankan, sampai akhirnya menjadi semacam pattern bagi orang-orang teve," katanya.

Pola yang sama tidak bisa diterapkan pada produksi film animasi. Tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi. Untuk satu episode film animasi saja, seorang animator membutuhkan waktu satu bulan. Itupun kalau story board, naskah, dubbing, modeling, rigging, dan komponen lainnya sudah prepared. "Jadi, untuk membuat itu semua dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Satu bulan itu hanya untuk produksi per episodenya saja," jelas Adez. Jika ingin menerapkan sistem kejar tayang, seperti diberlakukan industri animasi di Jepang yang menghasilkan satu episode seminggu, dibutuhkan tenaga animator sebanyak 600 orang. Biayanya tentu berlipat-lipat lagi karena dengan pola satu episode sebulan saja dibutuhkan animator sebanyak 30-50 orang.

Lalu, kenapa film animasi Jepang harganya bisa murah? Karena produk mereka dijual ke semua negara. Jika ditilik lebih dalam lagi, ternyata yang dijual itu bukan film animasinya. Film animasi sering dijadikan sebagai bagian dari promosi sebuah produk, dimana umumnya 10% dana dipakai untuk berpromosi. "Budget inilah yang lazimnya dipakai oleh mereka untuk membuat sebuah program film animasi," kata Adez.
Jurus sukses perusahaan Jepang ini menjadi runutan. Sebuah perusahaan animasi di Jakarta, Red Rocket, menerapkan pola pencarian sponsor produk utama untuk membiayai pembuatan film animasi. Perusahaan ini menggandeng produsen susu merek Dancow. Tahun 2000 lalu film animasi mereka yang mengangkat cerita rakyat pernah ditayangkan di Indosiar. Dan, di tahun ini film animasi mereka kembali tayang di TV7.

Menurut Popy Palele, Eksecutive Producer Red Rocket, film animasi bikinannya sukses meraih rating di Indosiar, lebih tinggi ketimbang film animasi lain yang tayang pada jam sama di stasiun televisi lain. "Di awal penayangan sih memang belum kelihatan rating-nya. Setelah episode kelima dan seterusnya, rating-nya mulai kelihatan. Kalau tidak salah, mengalahkan film Doraemon yang jam tayangnya sama," kata Popy. Beberapa judul film animasi sudah dibuat Red Rocket, diantaranya Si Kurus Don Harimau Loreng, Keadilan Seorang Raja, Kancil Dan Kerbau, dan Palosoro Si Lembut Hati. Judul-judul itu diambil dari judul buku cerita yang sebelumnya dijadikan bonus pembelian produk susu Dancow.

Sukses Red Rocket itu tak terlepas dari dukungan Nestle. Popy jujur mengakui bahwa tanpa dukungan dana dari perusahaan multinasional itu, mustahil baginya membuat film animasi yang berbobot. Biaya yang dibutuhkan tidak dapat ditutupi oleh hasil penjualan ke stasiun televisi.

Senada dengan Adez, Popy bisa memahami alasan pengelola televisi kita membeli film animasi produk luar negeri. Gampangnya, dengan Rp. 5 juta-an stasiun televisi sudah bisa mendapatkan satu episode film animasi. Jika memproduksi sendiri, biaya yang dikeluarkan bakal lebih 10 kali lipat. "Sekali produksi untuk satu episode saja para animator bisa menghabiskan biaya sebesar Rp. 75 juta," kata Popy.

Dengan menggunakan ERP, industri animasi lokal kita bisa menekan biaya, sehingga bisa ditayangkan di stasiun televisi kita. Sistem ini sudah mulai berjalan pada industri media and entertainment Toei Animation, berikut kutipannya:

Case Study

From the early 1960s, Toei Animation Company Limited has produced and sold animated TV movies. Films such as “The Secrets of Akkochan,” “Candy Candy,” Dragonball” and “Sailormoon” have helped the company grow, with an exceptionally strong back catalogue. The company now holds more than 8,600 titles, the largest collection in Japan and possibly worldwide.

Managing the digital archive
As well as managing this large digital inventory, Toei Animation also wanted a system capable of handling copyrights payments. Toei Animation operates globally, with increasing sales in North America, and the system would also be required to cope with International Accounting Standards (IAS). Sales of other digital media, delivered on DVD and over the Internet, are expanding rapidly, and the company wanted to introduce an earnings management system for use with this increasingly diversified copyright business.

Mr Toshi Yoshitani, Department Manager, Information Systems, Toei Animation, explains: “Toei Animation wants to increase overseas sales to more than 50 per cent. The existing accounting system could not cope with globalization, such as foreign currency conversion and IAS, and our first steps were to address these issues.

“Next, we considered management of copyright fees. Calculating the allocation of the correct copyright fees to the owner is complicated: differences in percentages of fees are allotted depending on usage, and each fee due is different. Finally, there are also annual earnings and lifetime earnings for each of the digital assets. For companies selling physical items, finances are managed on the basis of merchandise and customers. In the case of digital contents, it becomes necessary to manage earnings based on a matrix. This matrix combines a time axis that crosses over accounting years, a regional axis by country, and a sales axis for each media type.”

Multicurrency, multilanguage support
“One requirement was to look at sales data for all products in real time, across multiple geographies – part of our ambition to expand the proportion of overseas sales. This would also require a multi-lingual, multi-currency ERP package conforming to international standards, and capable of foreign currency conversion,” comments Toshi Yoshitani.

Toei Animation considered various ERP packages from major vendors, and selected mySAP ERP from SAP®, based on implementation examples and demonstrations of the scalability of the solution. Toei Animation selected to run a single, central instance of the SAP solutions on IBM iSeries servers, taking advantage of very high reliability and low total costs of ownership

Ms Yoshiko Hirakawa, Information Systems Department, comments, “The original recommendation was to use PC servers; we had been operating AS/400 systems [the predecessors to iSeries servers] for close to 20 years which attested to its reliability. Since this is a mission-critical system, the number one fear is viruses. The iSeries server is equipped with high-level security functions, another very important business feature for Toei Animation.”

Mr Toshi Yoshitani continues with the decisive factors for introducing iSeries: “We compared the PC server and iSeries, and computed the TCO over five years. Toei Animation concluded that running SAP solutions on iSeries offered us the best value proposition for reliability, scalability and low TCO. We looked hard at the future, the skills at Toei Animation, and unseen costs of PC systems, and judged the iSeries as advantageous and selected it.”

Effectiveness of the introduction

The new iSeries and SAP solution makes it possible for Toei Animation to compare actual versus forecasted sales through real-time linkage of sales data and accounts.
Mr Toshi Yoshitani comments, “The iSeries is divided into three logical partitions (LPARs): development, production, and test environments. Each LPAR is operated simultaneously, with workload shared to offer maximum performance, and the high availability of the iSeries server has helped us raise our productivity.”

Ms Yoshiko Hirakawa says, “Compared with the previous system, accounts information is exceptionally easy to obtain, with full drill-down. Based on real-time input, on-demand management of revenue and expenditure can be realized by work, business, customer, and country. In addition, the calculations of copyright earnings allotted can also be automated, and real-time linkage to individual accounts is also possible.”

Furthermore, the new functions have improved staff awareness of what is possible, says Toshi Yoshitani. “With the advent of demands for real time data, we have noticed a change in culture towards a business with a sense of speed. As contracts for copyright fees were registered on the system, there was also the unexpected effect of strengthening compliance awareness of contracts.”

Integration for better decision making

Integrating the existing products information database with the copyright database is a pending issue, as Ms Yoshiko Hirakawa explains: “Presently, a product information server called ‘the multimedia database’ is operating, but the status of information related to copyright owners is incomplete. The possibility of integrating this information into a single database is being examined.”

The creation of a data warehouse with this information will then be used for earnings analysis and decision making support, through the addition of business intelligence components in SAP NetWeaver.

Dan tentu saja Knowledge Management dibutuhkan dalam hal ini, selain untuk memperkuat pelaksanaan ERP, lebih penting lagi adalah kejelasan dari produsen melalui stasiun televisi kepada konsumen film animasi dalam memilih film animasi yang baik dan disesuaikan dengan tingkat umur dan kedewasaan di Indonesia. Dengan begitu kemampuan memproduksi animasi di Indonesia diharapkan semakin berkembang.

PENUTUP
Memang Industri Animasi belum banyak dikembangkan di Indonesia. Kendala utama adalah masalah keuangan. Begitu pula dengan masalah Knowledge Management khususnya dari produsen kepada konsumen berkenaan dengan sistem rating yang masih belum jelas, merupakan hal perlu diperhatikan dengan baik, karena hal ini mengacu pada perkembangan generasi muda yang ada. Memang isi dari paper ini jauh dari sempurna, namun penulis berharap perkembangan animasi di Indonesia semakin meningkat. Dengan adanya ERP dan Knowledge Management diharapkan dapat mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dalam Industri Animasi di Indonesia.


REFERENSI :
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Knowledge_management
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Animasi
3.http://www.kmworld.com/Articles/Editorial/Feature/ERP-vendors-embrace-knowledge-management-9185.aspx
4.http://www.kmworld.com/Articles/Editorial/Feature/Knowledge-transfer-is-critical-to-ERP-success-9092.aspx
5. http://www.itps.fit.qut.edu.au/projects/erp_lifecycle.jsp
6.http://rsteve.sitompul.net/index.php?/archives/210-ERP-Solusi-Terpadu-Sistem-Informasi.html
7. http://www.ebizzasia.com/0109-2003/q&a,0109.htm
8.http://www.oursmartoffice.com/publicportal.cgi?.ucid=3708&diff=1101989102&.pmid=1&.mid=114
9. http://en.wikipedia.org/wiki/Enterprise_resource_planning
10. http://www.systems-thinking.org/kmgmt/kmgmt.htm
11.http://www.wirausaha.com/bisnis/manajemen/seberapa_pentingkah_knowledge_management_bagi_ukm.html
12.http://209.85.175.104/search?q=cache:cXEgPTdFn6IJ:www.klasiber.net/file.php/1/Brosur_TK_KM.pdf+knowledge+management&hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=id
13. http://veegraph.com/index.php?option=com_content&task=view&id=59&Itemid=1
14. http://veegraph.com/index.php?option=com_content&task=view&id=60&Itemid=33
15. http://www.ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2006/09/bse-kmiptek.pdf.
16. http://uharsputra.wordpress.com/artikel/manajemen-pengetahuan/
17.http://tpers.net/wp-content/uploads/2007/12/managemen-pengetahuan-dalam-organisasi-belajarposting.rtf
18. http://www.epistemics.co.uk/Notes/40-0-0.htm
19.http://209.85.175.104/search?q=cache:a-Bpj6O6nyUJ:www.lib.ui.edu/files/Arip_Muttaqien.pdf+knowledge+management&hl=id&ct=clnk&cd=6&gl=id
20. http://www.ebizzasia.com/0111-2003/q&a,0111.htm
21. http://www.stieperbanas.ac.id/pusatkajian/ebusiness/
22. http://www.sony-ak.com/articles/1/pengantar_km_haitan.php
23. http://yanuar.kutakutik.or.id/around-the-world/kisah-erp/
24. http://www.erpweaver.com/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Itemid=1
25. http://www.ebizzasia.com/0215-2004/q&a,0215.html
26.https://www-304.ibm.com/software/success/cssdb.nsf/CS/DNSD-6GTGVL?OpenDocument&Site=gicss67erp&cty=en_us
27. http://eddynurmanto.unpad.ac.id/?cat=13
28. http://erwin-sutomo.blogspot.com/2005/10/manajemen-pengetahuan.html
29. http://en.wikipedia.org/wiki/Animation
30. http://www.jetro.go.jp/en/market/report/pdf/2005_35_r.pdf

Tugas ERP

Tugas ERP
Enterprise and Resource Planning

1. Pada tabel 1, tingkatan proses dan kemampuan teknis yang diperlukan dalam melakukan implementasi ERP pada organisasi adalah:
o ERP’s contribution to business vision and strategy
o Alightment of business and technology strategy
o Flexibility and scalability of IT architecture
o Flexibility and adaptability of ERP solution to changing conditions
o Integration of business information processes
o Identification of the various components and magnitude of project’s risk
o Impact of ERP on the decision making process
o Impact of ERP on cooperative business networks

2. Dalam pengembangan ERP, pilihan kustomisasi sesuai dengan kebutuhan konsumen tidak disarankan, karena:
o Customisation is costly
o Time consuming
o Difficult and usually requires experiencied external software
o Its evaluation is also complex and continuous
o Life long commitment

3. Jika akan melakukan implementasi ERP pada organisasi:
Impact of ERP on:
o Transactions costs: jika dengan adanya ERP, akan menurunkan biaya penjualan.
o Time to complete transactions: jika dengan adanya ERP, akan mempercepat waktu penyelesaian transaksi dan menjadi lebih efektif dan efisien.
o Degree of business process integration: jika dengan adanya ERP, akan mengintegrasi proses bisnis dengan lebih baik.
o Intra- and inter- organisational information sharing: jika dengan adanya ERP, akan mempermudah pemberian informasi untuk pihak luar dan pihak dalam perusahaan sesuai dengan hak dan kepentingan masing-masing
o Business networks: jika dengan adanya ERP, jaringan bisnis, baik dengan pihak luar ataupun dengan pihak dalam perusahaan, akan menjadi jelas tanggung jawab masing-masing dan lebih tersusun rapi.
o Reporting: jika dengan adanya ERP, kegiatan laporan akan jadi lebih singkat dan up to date serta dapat meminimalisir manipulasi.
o Customer satisfaction: jika dengan adanya ERP, kepuasan konsumen/pelanggan akan meningkat, karena kemudahan dan kelancaran proses seperti di atas.

Estimation of costs due to:
o User resistance: Karena penerapan ERP terkadang terhalang karena resistensi dari pekerja yang disebabkan oleh pandangan mereka yang terkadang suatu perubahan adalah hal yang dirasakan tidak nyaman. Maka dalam melakukan sosialisasi untuk penerapan ERP kepada semua pihak yang berhubungan dengan ERP itu sendiri serta segala proses perubahan ini memerlukan biaya.
o Personnel training: Pelatihan untuk pihak yang sebagai pelaksana perlu untuk dilakukan agar dapat lebih kompeten, oleh karenanya diperlukan adanya biaya yang harus dikeluarkan.
o Eksternal consultan: Konsultan diperlukan untuk sebagai pendamping dalam proses implementasi ERP, agar lebih berjalan sesuai harapan.
o Additional aplications: Analisis penyesuaian aplikasi dalam sistem yang baru setelah implementasi ERP, agar nantinya dapat menunjang sistem tersebut agar berjalan sesuai dengan harapan.
o System Downtime: Analisis sistem akan lebih cepat dan akurat, serta biaya yang dikeluarkan untuk sistem tersebut dan hasilnya.

4. Perbedaan dari proof of concepts dan key requirements pada pemilihan dan implementasi ERP:
proof of concepts: bukti konsep atau hasil yang sebenarnya terjadi setelah konsep yang ada diimplementasikan, dalam hal ini adalah implementasi ERP.
key requirements: standar yang diperlukan untuk melakukan proses implementasi ERP.

5. Posisi opensource ERP jika dibandingkan dengan packaged ERP (SAP, Oracle, Microsoft) jika digunakan pada organisasi adalah posisi opensource ERP dapat digunakan untuk umum karena mudah untuk diakses dan biasanya digunakan oleh organisasi yang relatif kecil, sedangkan packaged ERP lebih banyak digunakan oleh organisasi yang lebih besar, complicated dan memerlukan proses panjang serta memiliki visi jangka panjang yang besar.
6. Hanya dengan pengalaman dari vendor cukup untuk menjadi alasan implementasi apabila memiliki internal proses yang sama. Begitu pula sebaliknya pengalaman dari vendor tidak cukup untuk menjadi alasan implementasi dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan perusahaan dalam implementasi, apabila pada internal prosesnya tidak sama.

7. Workflow ; terdapat 5 unit yang terkait dalam proses pengajuan kredit
Keterangan prosesnya sebagai berikut :
o Aplikasi dari nasabah di compiling datanya dan di analisis debitur oleh account officer (AO)
o Legal officer melakukan Analisis yuridis dan verifikasi, apabila hasil analisis tidak disetujui aplikasi dikembalikan ke AO untuk dilakukan update
o Aplikasi yang diterima diberikan kepada Credit Comitee untuk dilakukan meeting verifikasi. Aplikasi gagal akan dikembalikan ke nasabah
o Aplikasi diterima diberikan kepada credit support untuk dikeluarkannya memo persetujuan kredit
o Memo di konfirmasi ke AO dan nasabah

Business Rules ;
o Persetujuan pengajuan kredit <> 500 juta dilakukan oleh Komisaris
TUGAS
PENGANTAR BISNIS DAN MANAJEMEN
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA


Nama: Helmi Maulia Ridhani
Npm: 1.413.005
Mata Kuliah: Pengantar Bisnis dan Manajemen
Angkatan: XIV
Dosen: Agoestiana Boediprasetya, SE., MT


MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2007



MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Manajemen kepegawaian dan sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan.
Sumber daya manusia di perusahaan perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar.
Perkembangan usaha dan organisasi perusahaan sangatlah bergantung pada produktivitas tenaga kerja yang ada di perusahaan.
Dengan pengaturan manajemen sumber daya manusia secara profesional, diharapkan pegawai bekerja secara produktif. Pengelolaan pegawai secara profesional ini harus dimulai sejak perekrutan pegawai, penyeleksian, pengklasifikasian, penempatan pegawai sesuai dengan kemampuan, penataran, dan pengembangan kariernya.
Dalam suatu perusahaan, masalah tersebut sudah menjadi hal yang umum. Tidaklah wajar jika banyak pegawai yang secara potensi berkemampuan tinggi tetapi tidak mampu berprestasi dalam kerja. Hal ini dimungkinkan karena kondisi psikologis dari jabatan yang tidak cocok, atau mungkin pula karena lingkungan tempat kerja yang tidak yang tidak membawa rasa aman dan betah bagi dirinya. Sejenak kita berpikir, alangkah rugi negara jika banyak perusahaan yang mempunyai tenaga kerja berpotensi tinggi tetapi tidak mampu bekerja secara produktif. Olah karena itu, tidak dapat disangkal lagi bahwa faktor manusia merupakan modal utama yang perlu diperhatikan oleh pengusaha dan pemimpin perusahaan. Manusia memang berjiwa kompleks dan sangat pelik untuk dipahami karena sangat berbeda dengan mesin dan peralatan kerja lainnya. Kemelut yang berhubungan dengan mesin dengan mudah dapat diperbaiki, tetapi kemelut yang berhubungan dengan pegawai dituntut keahlian untuk mengatasinya.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kepegawaian dan sumber daya manusia, perusahaan perlu menempatkan tenaga ahli dalam bidang hukum, manajemen, dan psikologi. Para ahli tersebut pada umumnya ditempatkan di bagian personalia atau sebagai staf ahli perusahaan. Dengan adanya tenaga ahli dalam bidang manajemen kepegawaian sumber daya manusia di perusahaan, maka dapat diciptakan iklim kerja yang harmonis. Pegawai-pegawai ditempatkan sesuai dengan keahlian dan kemampuannya, tingkat kerja perusahaan tinggi, motivasi kerja tinggi, partisipasi kerja tinggi komunikasi kerja efektif, disiplin kerja tinggi, upah dan gaji pegawai ditentukan secara adil sesuai dengan jabatan, pendidikan, dan tanggung jawab yang tinggi. Prestasi kerja dievaluasi secara kontinu, pegawai mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan karirnya secara optimal. Dengan demikian, produktivitas kerja dapat dicapai oleh perusahaan.

1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahaantenaga kerjadalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan pula sebagai suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai). Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai tujuan organisasidan pengembangan individu pegawai.

2. Fungsi Operatif Manajemen Sumber Daya Manusia
Terdapat enam fungsi operatif manajemn sumber daya manusia, yaitu berikut ini.
1. Pengadaan tenaga kerja terdiri dari:
  •      perencanaan sumber daya manusia
  •      analisis jabatan
  •      penarikan pegawai
  •      penempatan kerja
  •      orientasi kerja (job orientation)

2. Pengembangan tenaga kerja mencakup:
  •       pendidikan dan pelatihan (training and development)
  •       pengembangan (karier)
  •       penilaian prestasi kerja
3. Pemberian balas jasa mencakup:
  •       Balas jasa langsung terdiri dari:
                - gaji/upah
                - insentif
  •       Balas jasa tak langsung terdiri dari:
                - keuntungan (benefit)
                - pelayanan/kesehatan (services)

4. Integrasi mencakup:
  •        kebutuhan karyawan
  •        motivasi karyawan
  •        kepuasan kerja
  •        disiplin kerja
  •        partisipasi kerja 

5. Pemeliharaan tenaga kerja mencakup:
  •       komunikasi kerja
  •       kesehatan dan keselamatan kerja
  •       pengandalian konflik kerja
  •       konseling kerja

6. Pemisahan tenaga kerja mencakup:
  •      Pemberhentian Karyawan


(Anwar Prabu Mangkunegara, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.)

Rangkuman buku E-commerce (Bab IV)

Building An E-Commerce Web Site

The two most important management challenges in building a successfull e-commerce site are:
1. Developing a clear understanding of your bussiness objectives and
2. Knowing how to choose the right technology to achieve those objectives

Pieces Of The Site-Building Puzzle
Let’s assume you are a manager for a medium sized, industrial parts firm of around 10,000 employees worldwide, operating in ten countries in Europe, Asia, and North America. Senior management has given you a budget of $1 million to build an e-commerce site within one year. The purpose of this site will be to sell and service the firm’s 20,000 customers, who are mostly small machine and metal fabricating shops around the world.
1. You must be aware of the main areas where you will need to make decisions. On the organizational and human resources front, you will have to bring together a team of individuals who possess the skill sets needed to build and manage a successfull e-commerce site. This team will make the key decisions about technology, site design, and the social and information policies that will be applied at your site. The entire site development effort must be closely managed if you hope to avoid that disasters that have occurred at some firms.
2. You will also need to make decisions about your site’s hardware, software, and telecommunications infrastructure. While you will have technical advisors help you make this decisions, ultimately the operation of the site is your responsibility. The demands of your customers should drive your choices of technology. Your customers will want technology that enables them to find what their want easily, view the product, purchase the product, and then receive the product from your warehouse quickly. You will also carefully have to consider your site’s design. Once you have identified the key decision areas, you will need to think about a plan for the project.

Planning: The Systems Development Life Cycle
One methodology for developing an e-commerce site plan is the systems development life cycle. The system development life cycle (SDLC) is a methodology for understanding the business objectives of any system and designing an appropriate solution. The five major steps involved in the systems development life cycle for an e-commerce site are:
1. Systems Analysis/Planning
2. Systems Design
3. Building the System
4. Testing
5. Implementation

Factors In Optimizing Web Site Performance
The purpose of a Web site is to deliver content to customers and to complete transactions. The faster and more reliably these two objectives are met, the more effective the Web site is from a commerce perspective. The optimization of web site performance is more complicated than it seems and involved three factors: page content, page generation, and page delivery.

Web Site Budgets
While how much you spend to build a Web site depends on how much you can afford, and, of course, the size of the opportunity. Web site costs according to a survey of 125 Web site managers. About 75% of the costs of Web sites involved technology cost-development, software licenses, and hardware. About 18% of costs will be for design and development, and 6% for marketing the site. (Source: Jupiter Media Metrix, 2002)

Choosing Server Software
What you able to do at an e-commerce site is largely a function of the software. As a business manager in charge of building the site, you will need to know some basic information about e-commerce software. The more sophisticated the software and the more ways you can sell goods and services, the more effective your business will be.

Simple Versus Multi-Tiered Web Site Architecture
Prior to development of e-commerce, Web sites simply delivered Web pages to users who were making requests through their browser for HTML pages. Web site software was appropriately quite simple-it consisted of a server computer running basic Web server software. We might call this arrangement a single-tier system architecture. System architecture refers to arrangement of software, machinery, and tasks in an information system needed to achieve a spesific functionality (much like a home’s architecture refers to arrangement of building materials to achieve a particular functionality).
In addition to having specialized application servers, e-commerce sites must be able to pull information from and add information to pre-existing corporate databases. These older databases that predate the e-commerce era are called backend or legacy databases. Corporation have made massive investments in these systems to store their information on customers, products, employees, and vendors. These backend systems constitute an additional layer in a multi-tiered site.
In two-tier architecture, a Web server responds to requests for Web pages and a database server provides backend data storage. In a multi-tier architecture, in contrast, the Web server is linked to a middle-tier layer that typically includes a series of application servers that perform specific, tasks, as well as to a backend layer of existing corporate systems containing product, customer, and pricing information. A multi-tiered site typically employs several or more physical computers, each running some of the software applications and sharing the work load across many physical computers.

The nine basic business and system functionalities an e-commerce site should contain include:
• Digital catalog-allows a site to display goods using text and graphics.
• Product database-provides product information, such as a description, stocking number, and inventory level.
• Customer on-site traking-ebables a site to create a site log for each customer visit, aiding in personalizing the shopping experience and identifying common customer paths and destination.
• Shopping cart/payment system-provides an ordering system, secure credit-card clearing, and other payment options.
• Customer database-include customer information such as the name, address, phone number, and e-mail address.
• Sales database-contain information regarding the customer ID, product purchased, date, payment, and shipment to be able to provide after-sale customer support.
• Ad server-tracks the site behavior of prospects and customer that come through e-mail or banner ad campaigns.
• Site tracking and reporting system-monitors the number of unique visitor, page visited, and product purchased.
• Inventory management system-provides a link to production and suppliers in order to facilitate order replenishment.


Describe the major issues surronding the decision to outsource site development and/or hosting.
Advantage of building a site in-house include:
• the ability to change and adapt the site quickly as the market demands, and
• the ability to build a site that does exactly what company needs.
Disadvantage of building a site in-house include:
• the costs may be higher;
• the risks of failures may be greater, given the complexity of issues such as security, privacy, and inventory management;
• the process may be more time-consuming than if you had hired an outside specialist firm to manage the effort; and
• staff may experience a longer learning curve that delays your entry into the market.
Using design templates cuts development time, but pre-set templates can also limit functionality.
A similar decision is also necessary regarding outsourcing the hosting of the site versus keeping it in-home. Relying on an outside vendor to ensure that the site is life twenty-four hours a day places the burden of reliability on someone else, in return for a monthly hosting fee. The downside is that if the site requires fast upgrades due to heavy traffic, the chosen hosting company may or may not be capable of keeping up. Reliability versus scalability are the issues in this instance.

Identify and understand the major considerations involved in choosing Web server and e-commerce merchant server software.
Early Web sites used single-tier system architecture and consisted of a single-server computer that delivered static. Web pages to users making requests through their browsers. The extended functionality of today’s Web sites required the development of a multi-tiered systems architecture, which utilizes a variety of specialized Web servers, as well as link to pre-existing “backend” or “legacy” corporate databases.
All e-commerce site require basic Web server software to answer requests from customer for HTML and XML pages. When choosing Web server software, companies are also choosing what operating system the site will run on; Apache, which runs on the UNIX system, is the market leader.

Web server provide a host of services, including
• processing user HTML requests
• security services
• file transfer protocol
• search engine
• data engine
• e-mail
• site management tools

Dynamic server software allows sites to deliver dynamic content, rather than static, unchanging information. Web application server programs enable a wide range of e-commerce functionality, including creating a customer database, creating an e-mail promotional program, accepting and processing orders, as well as many other services.

E-commerce merchant server software is another important software package that provides catalog displays, information storage and customer tracking, order taking (shopping cart), and credit card puchase processing. E-commerce suites can save time and money, but customization can significantly drive up costs. Factors to consider when choosing an e-commerce suite include the functionality, support for different business models, visual site management tools and reporting system, performance and scalability, connectivity to existing business systems, compliance with standards, and global and multicultural capability.

Understand the issues involved in choosing the most appropriate hardware for an commerce site.
Speed, capacity, and scalability are three of the most important considerations when selecting an operating system, and therefore the hardware that it runs on.
To evaluate how fast the site needs to be, companies need to assess the number of simultaneous users the site espects to see, the nature of their requests, the type of information requested, and the bandwidth available to the site. The answer to these question will provides guidance regarding the processors necessary to meet customer demand. In some cases, adding additional processing power can add capacity, thereby improving system speed.
Scalability is also an important issue. Increasing processing supply by scaling up to meet demand can be done through:
• vertical scaling-improving the processing power of the hardware, but maintaining the same number of servers;
• Horizontal scaling-adding more of the same processing hardware; and
• Improving processing architecture-identifying opretions with similar workloads and using dedicated tuned servers for each type of load.

Identify additional tools that can can improve Web site performance.
In addition to providing a speedy Web site, companies must also strive to have a well-designed site that encourages visitors to buy. Building in interactivity improves site effectiveness, as does personalization technique that provide the ability to track customers while they are visiting the site. Commonly used software tools for achieving high levels of Web site interactivity and customer personalization include:
• Common gateway interface (CGI) scripts-a set of standards for communication between a browser and a program on a server that allows for interaction between the user and the server.
• Active Server Pages (ASP)-a Microsoft tool that also permits interaction between the browser and the server.
• Java applets-programs written in Java programming language that also provide interactivity.
• JavaScript-used to validate user input, such as an e-mail address.
• ActiveX and VBScript-Microsoft’s version of Java and JavaScript, respectively.
• Cookies-text files stored on the the user’s hard drive that provide information regarding the user and his or her past experience at a Web site.